Masih Ada PR dalam Pengaplikasian Iradiasi di Industri Pangan

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

JAKARTA — Walaupun implementasi pangan iradiasi sudah banyak diaplikasikan di berbagai negara, tapi di Indonesia sendiri masih menyisakan beberapa kendala yang membutuhkan komunikasi intens antara peneliti, pelaku usaha, masyarakat sebagai konsumen dan pemerintah sebagai regulator.

Spesialis Teknologi Pangan dan Pangan Iradiasi Prof. Dr. Ir. Zubaidah Irawati saat seminar daring PAIR BATAN, Rabu (9/9/2020) – Foto Ranny Supusepa

Spesialis Teknologi Pangan dan Pangan Iradiasi Prof. Dr. Ir. Zubaidah Irawati menyatakan iradiasi pangan sebenarnya sudah merupakan aplikasi yang sudah lama diimplementasikan. Tapi, dalam beberapa waktu belakangan baru mulai dibicarakan.

“Teknologi iradiasi ini memiliki prospek yang sangat bagus dalam pengembangan pangan. Dimana tujuannya adalah untuk menjaga mutu dan kualitas produk paska panen selama masa transportasi, distribusi dan penyimpanan. Tapi dalam pengaplikasiannya masih ada beberapa hal yang harus ditemukan solusinya,” kata Zubaidah saat seminar daring PAIR BATAN, Rabu (9/9/2020).

Ia menyebutkan bahwa faktor penting dalam pengaplikasiannya adalah proses iradiasi itu sendiri, kemasan yang digunakan, proses distribusi dan tempat penyimpanan.

“Kemasan ini penting karena tanpa kemasan yang tepat, produk yang sudah diiradiasi akan berpotensi terpapar oleh mikroba, bakteri maupun parasit. Begitu pula halnya, tempat penyimpanan, terutama bagi produk yang dibekukan. Ini tentunya butuh dipahami oleh pelaku industri pangan, bahwa iradiasi bukan berarti menggantikan GMP (Good Manufacturing Process),” ujarnya.

Lihat juga...