Rumah Nenek

CERPEN AFRI MELDAM

Pada waktu-waktu tertentu, ketika misalnya ada acara keluarga dan kami semua berkumpul di rumah nenek, ia akan memintaku atau cucu-cucunya yang lain untuk berkumpul mengelilinginya.

Ia lalu menjulurkan kakinya, dan tangan-tangan mungil kami berebutan memijit kaki nenek. Di akhir ritual itu, tentu saja adalah saat yang kami tunggu-tunggu. Nenek masuk ke biliknya, kemudian keluar dengan kantong kain perca di tangan.

Secara bergiliran, tangan kami yang tadi memijit kakinya akan dijejali lembaran rupiah dengan jumlah yang sama.  Setiap minggu, secara rutin nenek akan mengolesi rambutnya dengan minyak kelapa. Dan ini adalah kesempatan lain bagi kami untuk mendapatkan uang dari nenek.

Biasanya yang mendapat tugas meminyaki rambut nenek adalah Uni Siti atau Uni Lis, sementara kami yang lebih kecil akan bersiaga di samping nenek, siap menunggu perintah apa pun dari beliau seperti mengambil sisir atau menambahkan minyak kelapa ke dalam kaleng – walaupun kami tahu bahwa nenek akan tetap memberi kami uang meski tak melakukan apa-apa.

Nenek juga suka mengajari kami memainkan canang . Begitu kami berkumpul, nenek akan mengeluarkan canang sembari mengajarkan kami cara memeriksa nada dan posisi penempatan canang yang benar. Ia akan memainkan satu lagu, lalu kemudian meminta kami secara bergantian menirukan permainannya.

Di antara kami, hanya Uni Fatiah yang bisa memainkan canang dengan baik. Selebihnya hanya bisa memukul-mukul kepala canang tanpa harmoni nada yang jelas. Nenek akan terkekeh-kekeh menyaksikan kami yang tidak berbakat menggerakkan tangan memainkan lagu sembari mengetuk-ngetuk canang.

Lihat juga...