Omzet Penjualan Es Balok di Lamsel Turun 50 Persen
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Perubahan cuaca, banjir rob, ditambah pandemi Covid-19 di Lampung Selatan, berimbas permintaan udang berkurang, dan turut berdampak ke sektor pendukung lainnya, yaitu usaha penjualan es balok.
Lukman, penyedia es balok di Kalianda, menyebut permintaan anjlok hingga 50 persen. Dalam kondisi normal, permintaan es bisa mencapai 50 balok per hari. Konsumen berasal dari pemilik usaha tambak udang putih atau vaname, bandeng, kolam ikan air tawar, nelayan bagan congkel dan pedagang ikan keliling (pelele). Balok es dipergunakan untuk mengawetkan ikan, udang yang akan dikirim menggunakan boks khusus.
Penggunaan es balok mengalami penurunan, karena sektor pertambakan yang sementara berhenti beroperasi. Saat panen, pada setiap tambak membutuhkan rata-rata empat balok es. Namun pada pengepul, kerap membutuhkan sepuluh balok untuk pengiriman boks udang ke Banten dan Jakarta. Selama petambak istirahat operasi, pasokan es balok hanya ke nelayan dan pedagang ikan.

“Kemarin sempat terhambat oleh munculnya virus Corona, sehingga ekspor udang vaname ke luar negeri sementara ditunda. Tetapi, kini petambak sedang menunda menebar benih, karena cuaca tidak mendukung untuk kebutuhan air tambak,” terang Lukman, saat ditemui Cendana News, Selasa (9/6/2020).
Menurunnya permintaan balok es, membuat ia menjual dengan harga lebih rendah. Saat kondisi normal, satu balok es dijual seharga Rp35.000, kini hanya dijual Rp30.000 dengan ukuran 80 cm. Lukman menyebut, penggunaan es balok masih menjadi favorit bagi nelayan, petambak, pemilik kolam ikan untuk mengawetkan ikan menghindari penggunaan boraks dan formalin.