Manis Pedas Sego Welut, Kuliner Khas Semarang yang Menggugah Selera
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
SEMARANG — Sego welut atau nasi belut, menjadi salah satu kuliner khas Semarang, yang banyak digemari. Meski harus berhati-hati saat mengkonsumsinya, agar tidak terkena duri di dalamnya, namun cita rasa hingga tekstur daging belut nan lezat, terasa sepadan dengan perjuangannya.
Ada banyak warung sego welut di Semarang, salah satunya warung welut di kawasan Tembalang. Setiap hari, puluhan bahkan mungkin ratusan pelanggan, mampir untuk mencoba kelezatannya.
“Jualan setiap hari dari pukul 10.00 WIB sampai sore sekitar pukul 17.00 WIB. Menunya macam-macam, ada cumi, manyung, tapi yang paling banyak dicari ikan belut,” papar Maryati, penjaga warung, saat ditemui, Sabtu (6/6/2020).
Meski sebagian orang tak tertarik, namun jika diolah dengan benar, belut dapat mejadi sajian yang sangat lezat. Belut ini memiliki ciri khas berbeda dengan ikan lainnya, yakni tak memiliki sisik dan tak bersirip, namun tubuhnya begitu licin ketika dipegang.
“Rata-rata sehari bahan yang dibutuhkan sekitar 10 kilogram belut. Itu bisa jadi sekitar 100 porsi sego welut,” imbuhnya.
Dalam pengolahannya, belut-belut tersebut dimasak bumbu mangut. “Sebenarnya mangut itu juga nama ikan, cara masaknya juga sama, diberi santan dan cabai setan. Biar agak manis ditambah gula jawa. Kalau ada yang minta lebih pedas, tinggal ditambah ulegan cabai,” terangnya.
Untuk mencukupi kebutuhan belut , Maryati mengaku mendapatkan dari pedagang yang sudah menjadi langganan. “Belut ini ada yang ternak di derah Demak, ada juga di Pucanggading, nanti mereka yang datang kirim belut. Kadang ada juga orang yang nangkap belut di sawah, datang menawarkan, tapi jarang-jarang,” terangnya.