Membajak Sampai Mati

Catatan Ringan Akhir Pekan T. Taufiqulhadi

Dulu sekali, sebelum bertebaran perusahaan-perusahaan tukang bajak ini, dunia rekaman mengalir tanpa riak, karena pelaku bisnis rekaman masih etis dan bangga pada kejujuran. Perusahaan rekaman pertama di Indonesia setelah merdeka didirikan oleh Sujoso Karsono, yang kalau tidak salah pamannya Mira Lesmana. Mas Yos, panggilan akrabnya, adalah seorang pilot AL yang hobi nyanyi.

Setelah pensiun, iseng-iseng, kisaran 1951, ia merekam temannya yang bermain musik jazz di garasi rumahnya di bilangan Jalan Haji Agus Salim. Tapi hasilnya kemudian sangat serius, selain mengangkat nama empat temannya Dick Abel, Max van Dalm, Dick van der Capellen, dan Nick Mamahit, juga menjadi tonggak kelahiran perusahaan rekaman nasional yang pertama, Irama Record.

Awalnya mungkin, pensiunan serdadu ini tidak ada pikiran mendirikan perusahaan rekaman. Tapi belakangan seperti jadi keharusan. Apalagi kemudian melalui perusahaan rekamannya itu lahir penyanyi-penyanyi legandaris hingga sekarang.

Bayangkan dari tangan Mas Yos inilah lahir Sam Saimun, penyanyi yang wajahnya hingga sekarang tidak ada yang tahu, kecuali suaranya saja yang membuat nenek-nenek bisa jatuh cinta lagi. Era itu memang tidak penting wajah atau tampilan.

Di era radio, orang tidak peduli penyanyinya itu pakai jas atau kaos belang-belang. Hanya ketika datang TV, penyanyi harus lebih pesolek. Misalnya, kalau atasannya warna lembayung, bawahan kira-kira cocoknya warna apa. Karena kalau salah pasang, bisa-bisa berabe nanti. Maksudnya hendak menyanyi, dikira orang ingin melawak.

Belum lagi Bing Slamet sang menyanyi dengan nada baritonnya yang memesona. Tapi ia juga punya bakat melawak. Jika ia melawak, anak-anak hingga orang-orang tua bisa terjengkang dari tempat duduknya saking kocaknya.

Lihat juga...