Pasokan Air Lancar, Produktivitas TBS Sawit Petani Lamsel Stabil

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Perubahan kondisi lingkungan selama kemarau berakibat berkurangnya pasokan air bagi lahan pertanian. Meski debit air menyusut pada sejumlah sungai tidak berpengaruh signifikan pada lahan kelapa sawit.

Ahmad, petani kelapa sawit di Desa Sukaraja, Kecamatan Palas menyebut, kemarau tidak berpengaruh pada tanaman sawit miliknya. Sebab lahan sawit miliknya berada di dekat aliran sungai Way Pisang.

Saat musim kemarau, Ahmad mengaku produksi tandan buah segar (TBS) masih stabil. Perbandingan dengan masa panen sebelumnya, satu TBS rata-rata memiliki berat 15 Kilogram kini mencapai Rp14 Kilogram.

Penyusutan sebanyak 1 kilogram diakuinya masih bisa ditoleransi akibat penyusutan kadar air. Secara umum ia menyebut produktivitas TBS sawit masih stabil dengan rata-rata satu tandan per pohon.

Pasokan air dari sungai Way Pisang bersumber dari Gunung Rajabasa masih bisa dipergunakan untuk mengairi lahan kelapa sawit.

Ia bahkan menyebut saat musim penghujan sebagian lahan kelapa sawit yang ada di dekat bantaran sungai Way Pisang kerap diterjang banjir. Lokasi penanaman yang strategis dekat dengan sumber air dan tepi jalan memudahkan ia melakukan distribusi.

“Sebagian lahan pertanian di Lampung Selatan kekeringan saat kemarau, namun dengan pasokan air lancar Gunung Rajabasa ke sungai Way Pisang membuat lahan sawit milik kami tetap bisa dialiri,” ungkap Ahmad saat ditemui Cendana News, Rabu (11/9/2019) sore.

TBS sawit saat musim kemarau disebutnya lebih mudah dipanen dan didistribusikan. Sebab saat penghujan kebun yang tergenang air berimbas sulitnya pemanenan dan distribusi.

Meski kemarau melanda ia memastikan per kilogram TBS masih berkisar Rp1.000 lebih murah dibanding panen sebelumnya Rp1.200. Harga bahkan sempat turun pada angka Rp900 per kilogram pengaruh harga crude palm oil (CPO) dunia.

Lihat juga...