Warung Anjani

CERPEN UMAR TAJUDIN

“Ya Mas.  Warung Anjani Mas. Warung Anjani dihancurkan orang Mas. Seperti tempo hari yang pernah Anjani ceritakan Mas. “

“Kamu baik-baik saja kan?”

“Ya Mas.  Mereka sudah pergi.”

“Ya sudah. Pulang saja  istirahat di rumah ya, nanti malam Mas pulang.”

***

ANJANI di mata suaminya adalah orang yang tekun dan pintar memasak. Sosok istri yang mengerti dan pintar melayani dan itu baginya sebagai bentuk bakti.

Anjani yang lahir di tanah Mataram memiliki ciri khas sendiri dalam cita rasa makanan. Tanah Mataram yang pernah menjadi sapi perah pedagang VOC dengan menyulap sebagian besar lahan menjadi ladang tebu.

Tanaman tebu berbaris pasrah seakan tunduk pada kerakusan VOC. Hasil panen tebu pun melimpah di tengah kebutuhan pangan yang serba kurang. Itulah kenapa tanah Mataram terkenal dengan makanan yang bercita rasa manis. Namun sebaliknya dengan suami Anjani yang lahir dari tanah rantau Melayu, kulinernya bercita rasa pedas, gurih dan asin.

Namun Anjani menghayati dengan baik pandangan hidup tanah leluhur yang seringkali dinasihatkan oleh ibunya. Kata khas yang sering diingatnya adalah ora ilok atau tidak pantas.

“Sebagai orang Jawa, menjadi istri haruslah berbakti pada suami. Layanilah suamimu sebagai bentuk baktimu pada leluhurmu. Dengan baktimu itulah kamu akan mendapatkan kebahagaian bersama keluargamu. Jadilah istri yang baik.”

Nasihat ibunya selalu dipegangnya. Anjani belajar dengan baik bagaimana kemahiran memasak dari ibunya. Kemahiran memasak menurut ibunya adalah bagian ilmu bakti istri pada suami, bakti pada leluhur.

Mendapat jodoh yang memiliki selera makanan yang tidak manis seperti dirinya, Anjani rajin belajar bagaimana menyajikan masakan kesukaan tambatan hatinya.

Lihat juga...