Pria Tua di Sebalik Jendela

CERPEN ASTRI ANGGRAENI

Di bawah naungan payung senja, suara langkah kaki rombongan manusia terdengar bergema di jalanan. Suara raungan kendaraan bermotor dan sumpah serapah yang sesekali terdengar menghiasi jalanan kota, perlahan mulai menghilang.

Dunia yang biasanya penuh dengan kekacauan, kini mulai membisu. Suaranya kini digantikan oleh suara gemuruh lonceng dari jam kuno di sebuah toko di ujung jalan.

Dunia yang sebelumnya terdengar seperti ibu tiri yang kejam, kini terlihat seperti lelucon di mataku. Gambaran yang kulihat dari balik jendela ini, tampak seperti halnya film tua yang tidak lagi berwarna abu-abu.

Apa yang ada di luar sana hanyalah kumpulan serigala dan anjing lapar yang siap memakan habis apa pun yang dilemparkan pada mereka. Semua kekejaman yang terlihat seperti film bisu dari dunia modern.

Aku pikir mungkin saja kebencian mereka tidak akan terdengar jika tertutupi oleh bunyi jam tua ini. Namun, ternyata aku salah.

Walaupun aku tak bisa mencerna seluruh kegilaan ini, aku tak bisa mengalihkan pandanganku dari mereka. Aku tidak bisa berhenti memandangi dunia luar dari jendela kaca ini.

Bukan berarti aku merindukan dunia yang penuh dengan keramaian. Bukan juga karena kagum akan keindahan senja yang tak sanggup kugapai dengan tangan. Aku tidak bisa berhenti melihat ke luar jendela karena aku sedang mencari seseorang. Seseorang yang entah ada atau tiada. Aku sendiri tak tahu dengan pasti.

Aku hanya bisa menelan kekecewaan, ketika sadar bahwa apa yang aku cari tidak lagi ada dalam keramaian di depan sana. Perlahan aku mengalihkan pandangan mataku ke emperan toko tua milikku. Yang bisa terlihat hanyalah trotoar berbalut semen dihiasi dedaunan kering dari pohon ketapang di pinggir jalan.

Lihat juga...