Sesama Pohon Dilarang Berteman

CERPEN MUHAMMAD HUSEIN HEIKAL

Namun Cem berusaha mencoba menahan perasaannya, dan kembali berkata, “Ah ya, mungkin demikianlah nama buah itu. Apa kau bisa menemukannya untukku?” ujar Cem sambil berusaha tersenyum semanis mungkin.

Ara tersenyum balik memandang pasangannya itu. Ara sangat menyanyangi Cem. Ia merasa amat sedih melihat Cem harus menderita karena sakit.

Oleh karenanya, begitu mendengar penuturan mimpi Cem, bahwa buah ceri bisa menyembuhkannya, Ara langsung merasa bersemangat. Tentu saja Ara dapat meminta buah itu kepada pohon ceri, tetangganya dua belas meter sisi tenggara.

“Baiklah Cem, aku akan mencari buah itu. Aku akan memintanya kepada pohon ceri.”

Namun Cem lekas menyela, “Ara, kau tidak perlu memintanya. Bukankah aku lihat, di sekujur tubuhmu kini penuh bergantungan buah-buah ceri? Apa mataku ini berkata bohong kepadaku. Ah, aku kira aku tidak salah lihat.”

Ara langsung memandangi ranting-ranting miliknya. Benar saja, ia menemukan buah-buah merah ceri itu bergantungan.

Tentu saja Ara merasa heran. Bagaimana mungkin, aku, sebatang pohon cemara bisa menghasilkan buah-buah ceri?

“Bagaimana mungkin ini bisa terjadi. Aku adalah sebatang pohon cemara, namun mengapa buah-buah ceri ini bisa berada di ranting-rantingku?” Ara bertanya kepada dirinya sendiri, namun dengan mata memandang ke arah Cem.

Cem menahan diam. Ia mencoba tersenyum, meski perasaannya kini sedang tercabik-cabik oleh kecemburuan yang mengobar.
***
SEMENTARA Ara masih bingung dalam keheranannya, ketika itulah, kala matahari kian meninggi, entah dari arah mana, dua orang lelaki datang mendekati mereka.

Kedua lelaki itu datang tanpa suara. Dengan santai mereka mengayunkan langkah-langkahnya. Ketika makin dekat, betapa terkejutnya sepasang pohon cemara itu mendapati bahwa salah seorang di antara lelaki itu membawa mesin gergaji otomatis.

Lihat juga...