Yuli, Srikandi Disabilitas Lanjutkan Program Presiden Soeharto
Editor: Koko Triarko
“Hal itu sudah disebutkan dalam Alquran, bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, ketika orang itu tidak mau mengubahnya,” katanya.
Berbagai pelosok pernah didatanginya, dari kampung ke kampung, kota, bahkan Yuli pernah beberapa waktu mengajar di Negeri Jiran, Malaysia. Tetapi, semua yang didatangi adalah komunitas penyandang disabilitas atau anak jalanan, untuk diberi pelatihan seperti handycraft, motivasi menjadi wirausahawan atau cara bangkit dari keterpurukan. Satu hal menjadi prinsipnya tidak pernah meminta imbalan apa pun dari ilmu yang diberikan.
Pernah menetap di Malang, dan membina kalangan disabilitas di sana, Yogyakarta, Semarang dan sekarang Yuli mulai menapakkan kaki di Bekasi, Jawa Barat.
Di Bekasi, ia ingin menunjukkan meskipun dengan kekurangan yang dimiliki, tetapi mampu untuk berusaha dan menggaji orang. Selain itu, ia ingin memperbaiki kondisi penyandang disabilitas di Bekasi, terutama di kawasan Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi yang cukup banyak dan terpuruk.
“Alhamdulillah, saya di Bekasi sudah tujuh bulan, dan baru dua bulan ini mulai bangkit, banyak orderan untuk konveksi. Di sini saya menumpang dan diberi fasilitas oleh Pondok Pesantrean At-Taqwa,” ujar Yuli, yang mengaku akan terus berjuang keluar dari kecacatan dan menunjukkan penyandang cacat punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang normal.
“Cacat tubuhku, utuh karyaku”, katanya.
Dia mengatakan, bahwa di Bekasi orang cacat banyak sekali terpuruk, belum ada yang peduli, dan teman penyandang cacat di Bekasi, belum bisa berbaur seperti di Malang.
Karena di Bekasi, komunitasnya terbatas, dan meskipun ada hanya tertentu saja. Di Pulo Asam (sekitar Desan Ujung Bahagia) saja, ada 30-an orang cacat dan kondisi down sindrom, dibilang hidup dia mati dibilang mati dia hidup, parahnya lagi, kondisi rumah tidak punya MCK.