Mengenal Sejarah Betawi di Anjungan DKI Jakarta TMII
Editor: Koko Triarko
Busana care cina atau pengantin wanita, berupa kun (kebaya panjang) dipadukan rok melebar serta teratai penutup dada dan selup tutup. Penghiasnya adalah pending atau ban pinggang dari emas, perak, dan imitasi. Penutup pundak, kalung lebar, gelang listering, sanggul stupa, hiasan burung hong, kembang goyang, tutup telinga serta cadar mempercantik sang pengantin wanita.
Busana sadariah atau pria, berupa baju koko dengan celana komprang motif batik payung dan sandal terompah. Dilengkapi cukin atau sarung motif kotak yang disematkan di bahu terlihat gagah. Ada pun baju encim atau wanita, yaitu kebaya pendek yang meruncing di bagian depan, kain pagi sore dan selop tutup. Terlihat anggun dengan hiasan kondi sawi asin, ronce melati, giwang kembang manggis, dan peniti tale.
Di lantai ini juga ditampilkan diorama sejarah Kota Jakarta yang memberi kesan mendalam bagi pengunjung. Seperti, museum nasional, museum wayang, museum bahari, museum gedung joeng 45, museum sejarah Jakarta, museum sumpah pemuda, museum Mohammad Husni Thamrin, museum tekstil, dan museum seni rupa dan keramik.
“Banyak pengunjung tertarik dengan tampilan diorama sejarah ini,” kata Fadlan.
Selain itu, lanjut dia, miniatur transportasi Kota Jakarta dari masa ke masa, budaya khitanan, kesenian boneka berbusana unik sesuai dengan budaya yang ada di Jakarta.
Menuju lantai dua, secara umum menampilkan diorama tentang perjalanan sejarah perkembangan Kota Jakarta. Yaitu, jelas Fadlan, diorama masa pra sejarah, zaman kerajaan Hindu Tarumanagara, kedatangan bangsa Portugis di Sunda Kelapa yang menggambarkan proses perjanjian dengan Kerajaan Pajajaran untuk mendirikan benteng.