Kesan dan Kedekatan Sudharmono dengan Presiden Soeharto

Editor: Irvan Syafari

“Karena itu mereka menganggap perlu untuk melaporkan hal ini kepada yang berwenang, yaitu Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban, Jenderal Soeharto, di Kostrad. Maka pada malam harinya kami bertiga pergi ke Kostrad di Merdeka Timur,” tutur Sudharmono.

Di Kostrad mereka bertemu dengan Jenderal Nasution; beliau juga menganjurkan agar dokumen yang penting itu secepatnya disampaikan kepada Pangkopkamtib untuk bahan pertimbangan selanjutnya.

Maka pada malam hari itu juga mereka bertiga diterima oleh Pak Harto. Rupanya Pak Harto pun menganggap dokumen itu penting sebagai bahan pembuktian dalam mengambil tindakan hukum yang diperlukan. Sebagaimana diketahui, mereka yang terlibat secara langsung dalam makar dan gerakan G-30-S/PKI kemudian diadili oleh Mahmillub, termasuk Nyono.

Gelar Bapak Pembangunan

Segi lain yang bagi Sudharmono, amat mengesankan dari pribadi Pak Harto adalah keteguhan sikap dalam memegang prinsip/pendirian, yang tak tergoyahkan dalam rangka mengemban tugas amanat rakyat.

Segala sikap dan langkah yang beliau ambil selalu beliau kaitkan dengan kepentingan tugas atau kepentingan nasional, tanpa mengabaikan keseimbangan kepentingan pribadi.

Sikap Pak Harto yang konsekuen misalnya, tidak berkenan menerima tawaran atau pemberian gelar Doktor Honoris Causa oleh berbagai universitas, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Sudharmono masih ingat dan amat terkesan bagaimana beliau secara bijaksana menolak tawaran atau rencana pemberian gelar Doktor HC untuk ilmu hukum dari Universitas Indonesia pada pertengahan 1970-an.

Ketika itu delegasi Universitas Indonesia yang dipimpin oleh rektor beserta semua dekan fakultasnya datang menghadap Pak Harto dan menjelaskan rencana, dengan disertai aIasan-alasan pemberian gelar itu.

Lihat juga...