Senja di Osmangazi
CERPEN BERNANDO J. SUJIBTO
Nenek moyang mereka setiap minggu pasti datang ke Keşiş Dağ. Di sana ada sekitar 13 biara yang menjadi tempat ibadah bangsa Rum dan Armenia yang hidup di lereng-lereng bukit di Asia Minor bagian barat. Salah satu orang yang beribadah di biara-biara tersebut adalah kakek dan nenek dari nenek Kaan. Mereka berasal dari keturunan Armenia yang dipaksa berubah menjadi orang Turki dengan meninggalkan kepercayaan dan kebudayaan nenek moyang mereka.
Nenek Kaan masih ingat nama asli Armenia yang diwariskan oleh kakeknya, yaitu Mary Arabyan. Nama Armenia dalam keluarga mereka berakhir pada generasi dirinya dan setelah itu tidak ada lagi nama-nama Armenia. Semua identitas dan warisan tradisi Armenia harus berubah sepenuhnya menjadi Turki. Kalau tidak, mereka harus siap dengan segala bentuk diskriminasi dan ancaman-ancaman yang akan terjadi setelahnya. Jauh sebelum menikah dengan ayah Oğuz, Mary sudah berpindah agama menjadi Muslim dan kemudian benar-benar meninggalkan semua identitas budaya, bahasa dan tradisi Armenia. Namanya pun berganti menjadi Nulifer Atay setelah menikah dengan Suleyman Atay, lelaki keturunan Yunani yang berasal dari desa Berak di lereng gunung Uludağ yang juga berasal dari Kristen ortodoks.
Hingga menjelang kematiannya, sang kakek tidak pernah meminta Mary untuk mempertahankan identitasnya sebagai orang Armenia di Turki, tak pula melarang jika anak cucunya kelak berpindah agama dan meninggalkan semua identitas warisan yang sudah melekat secara turun-temurun.
Kakeknya tak menyimpan dendam sama sekali terhadap aturan baru yang disusun oleh Kemal Atatürk di awal kekuasaannya. Dia sangat mencintai tanah kelahirannya di lereng Keşiş Dağ dan tidak menggubris sama sekali kebijakan pertukaran penduduk Muslim Turki dan Kristen Yunani.