Senja di Osmangazi

CERPEN BERNANDO J. SUJIBTO

Ilustrasi Helmi Fuadi

“Nenek sudah tidak tidak kuat lagi naik ke Uludağ. Kaan dengan ayah saja ke sana,” jelas sang nenek kemudian, dengan mata terkaca-kaca.

Sebenarnya dia ingin menceritakan satu kisah menyangkut asal-usul nenek moyang mereka, sepenggal sejarah yang tak sempat disampaikan kepada Oğuz dan saudaranya yang lain. Sang nenek ingin sekali menceritakan kisah itu langsung kepada Kaan. Karena Oğuz tentu saja akan sangat sulit menerima atau mungkin keberatan jika mendengar asal usul nenek moyangnya.

Atau, mungkin saja itu hanya pikirannya sendiri yang terlalu berlebihan. Pengalaman pendidikan militer yang dijalani Oğuz mungkin sudah mengubah persepsi tentang musuh-musuh Turki di masa lalu. Tetapi, setelah perubahan politik internal Turki yang semakin terbuka dan mulai sanggup menerima perbedaan, dia semakin berani untuk menuturkan dari mana asal-usul mereka hingga sekarang tinggal di Osmangazi.

Waktu masih kecil, kakek dan neneknya seringkali mengajak cucu-cucunya pergi ke Uludağ. Jarak tempuh tak begitu jauh. Mereka lahir dan beranak-pinak di lereng-lereng-lereng gunung. Sebelum bernama Uludağ, gunung itu dikenal dengan sebutan Gunung Rahib, Keşiş Dağ, karena posisinya berdekatan dengan bukit yang dipenuhi biara.

Nama itu diberikan oleh suku Turki nomaden setelah pasukan Osman Gazi menaklukkan Bursa, yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya imperator Osmanlı alias Ottoman. Keşiş Dağ menjadi nama populer selama Ottoman berkuasa. Di dalam mitologi Yunani kuno, Keşiş Dağ disebut Olympos, nama Latin yang berarti gunung atau rumah bagi tuhan-tuhan mereka. Kitab Kejadian menyebut gunung itu dengan nama Mysia dan Paulus pernah menyambanginya suatu waktu sebelum ke Troas, kota tua Yunani yang hari ini terletak di pantai barat laut Turki.

Lihat juga...