Senja di Osmangazi
CERPEN BERNANDO J. SUJIBTO
Setelah melintasi bukit, Oğuz tak lagi gelisah menjenguk kaca jendela sepanjang jalan keluar dari Istanbul menuju Gebze. Kali ini pikirannya lebih tenang dan matanya menatap layar monitor yang tersedia pada sebalik punggung kursi penumpang bus. Begitulah bus itu membawa tubuh Oğuz melintasi lereng-lereng bukit hijau dan jalanan berliku-liku hingga akhirnya tiba di Osmangazi, Bursa.
“Jangan terburu-buru, Nak. Ibu masih kangen. Kamu sudah empat bulan tidak pulang,” ujar sang ibu sesaat setelah melihat Oğuz menggendong anaknya ke kamar.
“Hanya mencoba pakaian baru, Bu,” jawabnya sambil sibuk memasangkan sarung tangan berwarna cokelat, jaket, syal dan topi musim dingin yang baru saja dibelinya untuk Kaan.
“Sudah siap bermain kayak?” tanya Oğuz dengan suara samar di telinga anaknya.
“Siap selalu,” jawab Kaan yang sudah berusia delapan tahun itu.
“Sore ini bermain di Taman Gençlik dulu. Besok pagi baru pergi ke Uludağ.”
“Ayah janji?”
“Ya!”
Wajah Kaan berpendar merona.
“Yaayyy…. besok ke Uludaaaaaağğğ,” teriak Kaan sembari keluar kamar menuju ruang tengah. Di sana sang nenek tengah menyiapkan makanan kecil berupa ciğer sarması, makanan khas Bursa yang terbuat dari hati campur beras dan dibalut dengan daun anggur. Kaan lalu mengajak neneknya agar ikut ke Uludağ besok.
Uludağ terkenal sebagai tempat terbaik untuk segala jenis olahraga musim dingin. Kompetisi kayak nasional dan internasional seringkali dihelat di gunung itu yang jaraknya sekitar 36 km dari kota Bursa. Medan dan arena kış sporları (segala jenis olahraga musim dingin) yang beragam membuat Uludağ menjadi pilihan terbaik menghabiskan liburan musim dingin di Turki.