Patung Kepala Besar

“Kau jangan main-main sama kami, ya?”

“Saya tak pernah main-main.”

“Kau cuma pecundang di tempat ini. Jangan macam-macam!”

“Saya tak pernah macam-macam!”

“Bongkar saja rumahnya. Masuk!”

Keributan itu membuat seseorang—yang tampaknya lebih bijak—di antara mereka, berusaha menengahinya.

“Begini, Saudaraku,” ujar si Bijak. “Kami juga tak ingin ribut-ribut seperti ini. Kami pernah memintamu untuk menutup patung-patung itu. Biar tak terlalu vulgar dan menimbulkan hal-hal buruk. Jadi, Saudaraku tak harus menghancurkannya.”

Ia tak bisa lagi memaksakan dirinya untuk tersenyum. Saat itulah ia berpikir untuk segera menuntaskan perkara yang menurutnya tak masuk akal itu.

“Saya tak paham cara berpikir kalian,” ujarnya. “Lebih baik saya hancurkan patung-patung itu ketimbang menderita melihatnya memakai apapun yang kalian paksakan.”

Sontak, suasana kian memanas. Orang-orang itu pun memaksa masuk ke ruang kerja pribadinya. Orang-orang itu segera mendapatkan apa yang diburunya. Tepat di tengah ruangan, sesosok tinggi besar nyaris menyentuh plafon. Orang-orang itu semakin kalap.

Mereka mengupayakan segala cara untuk menyingkap kain hitam yang menutupi sosok tinggi besar itu. Upaya mereka baru berhasil ketika salah seorang di antaranya menaiki tangga lipat dan merobek paksa kain penutupnya dengan sebilah parang. Namun yang terjadi selanjutnya sungguh di luar dugaan. Orang-orang itu justru terpana oleh sosok tinggi besar—yang tak lain adalah figur manusia setengah badan dengan ukuran kepala yang begitu besar–di hadapan mereka.

Semua yang ada di ruangan itu tahu, bahwa mereka telah berhadapan dengan sosok Kepala Besar—sebutan atau semacam gelar kehormatan yang diberikan oleh orang-orang yang tergabung dalam Klub Pembenci Patung itu kepada pemimpin mereka. Patung itu begitu mirip dan hidup layaknya pemimpin mereka yang belakangan sering menghiasi layar televisi dan berbagai surat kabar. Sejak klub itu merajalela dan mengancam keberadaan patung-patung dan pencintanya, diam-diam ia telah bersiasat untuk melawannya—dengan cara membuat patung pemimpin besar mereka.

Lihat juga...