Jakarta, KDM dan Kuliah Gratis?

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 18/05/2025

 

 

KDM sering dijadikan alat provokasi. Media dan netizen melakukan itu. Konfrontasi kebijakan populis Gubernur Jawa Barat itu dengan kepala daerah lain.

Menjawab pertanyaan wartawan, Gubernur Jakarta Pramono Anung menyatakan memiliki kebijakan berbeda. Terkait penanganan anak-anak bengal. Tidak meniru Jabar, memasukkan anak-anak itu ke barak tentara.

KDM, sapaan singkat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, juga ikut berkomentar tentang Jakarta. Jika ia menjadi Gubernur Jakarta, akan memberi Rp. 10.000.000,- setiap KK. Itu hanya 20 T.  Dari 90 T APBD Jakarta. Rakyat Jakarta akan makmur. Penduduk Jakarta kisaran 10 juta. Equivalien 2 juta KK saja.

KDM memang sering dijadikan alat melakukan olok-olok. Bagi kepala daerah yang tidak sigap menangani problem daerahnya. Terutama kepala daerah yang tidak tampak inovasi-inovasinya.

Melalui kekuatan APBD yang disinggung KDM itu, Jakarta sebenarnya memiliki potensi melaju pesat. Ialah upgrading SDM melalui kekuatan finansialnya itu. Untuk menjadikan Jakarta sebagai lokomotif penarik gerbong kemajuan menuju Indonesia emas.

Kita bisa melihatnya dari perspektif IPM Jakarta, dibanding negara-negara maju. IPM ialah Indeks Pembangunan Manusia. Alat ukur kualitas hidup dengan tiga komponen. Kesehatan (angka harapan hidup), pendidikan, standar hidup (pendapatan perkapita).

IPM Jakarta tergolong tinggi: 0,877. Sangat tinggi. Tertinggi di Indonesia. Akan tetapi jika dibandingkan dengan negara-negara maju, angka itu ada dalam kisaran angka 40-45. Setara Kroasia atau Chile. Jauh dibawah Islandia, Swiss, Norwegia, Denmark, Jerman, AS, Singapura, Jepang. Walau kini sedang dikembangkan indikator lain. Ialah indeks kebahagiaan. Menurut riset Harvard, Indonesia tertinggi. Paling bahagia.

Lihat juga...