Banjir Trenggalek dan Pendekatan Agroforestri

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 20/05/2025

 

 

Ini bukan tulisan pakar lingkungan. Bukan pula pakar pertanian. Melainkan produk riset sederhana secara digital, tatkala menemani kecemasan oleh datangnya banjir. Pada saat mencermati dari detik ke detik postingan banjir Trenggalek. Di group WA Trenggalek. Itu tanggal 19/5/ 2025 malam, hingga 20/5/2025 pagi hari.

Memori saya tentang banjir Trenggalek ketika masih memakai seragam biru putih. SMA. Entah tahun 1990 atau 1992. Ketika datang ke SMA 1 Trenggalek untuk masuk sekolah, banyak guru tidak masuk. Siswa juga banyak berhalangan, ternyata banjir. Pelajaran ditiadakan. Siswa dipersilahkan pulang.

Saya berjalan ke arah Widowati hotel. Mencari kendaraan pulang. Di sana terhampar air kecoklatan. Selatan Widowati Hotel, jalan Soekarno-Hatta Trenggalek, hingga jembatan Ngasinan tergenang banjir. Untung ada bus dari arah Bendo. Saya naik bus ke terminal dan kemudian lanjut arah Tulung Agung. Berhenti di Bendo. Jalan kaki ke arah barat. Ke rumah. Barat Kantor kecamatan. Jalan sebelah kantor kecamatan kearah utara itu juga sudah tergenang air kecoklatan. Banyak yang mengungsi.

Memori kedua saya tahun 2006. Ketika keliling ke Balikpapan-Penajam Paser-Penajam Paser Utara-Samarinda-Kutai. Di sebuah hotel kecil di Penajam Paser Utara. Saya melihat berita banjir Trenggalek. Tersebar foto-foto air kecoklatan di utara jembatan Ngasinan. Selatan sekolah SMA saya dulu. Memori banjir Trenggalek yang kedua itu terbentuk di tempat yang ternyata jadi wilayah IKN. Ibukota Nusantara.

Memori banjir Trenggalek berikutnya tahun 2022. Kemudian tahun ini.