Patung Kepala Besar

Beberapa orang segera duduk di gazebo bersamanya. Sementara yang lainnya memenuhi sebagian halaman rumah. Salah seorang—yang sejak kedatangan pertama kalinya ke tempatnya lebih banyak bicara ketimbang yang lainnya—mengulang pertanyaan serupa.

“Sobat, bagaimana kabar berhala-berhalamu?”

Ia hanya tersenyum mendengar pertanyaan yang seolah bersahabat itu. Pandangannya mengitari seluruh halaman: ke wajah orang-orang yang menaruh curiga padanya, ke wajah orang-orang yang menguasai sebagian halaman rumahnya.

“Saudara bisa lihat sendiri sekarang. Patung-patung itu sudah tak ada di sini. Jadi, aman sekarang. Bersih.”

Si Banyak Bicara tergelak. Tentu saja, tak akan secepat dan segampang itu percaya.

“Sobat, kau pikir kami ini bodoh. Baru beberapa hari lalu kami melihat patung-patung kesayanganmu itu berada di sini.”

“Saya sudah menghancurkan patung-patung itu dan membuang sisanya ke tempat yang jauh.”

“Bagaimana mungkin kau menghancurkan patung-patung itu? Jangan membodohi kami. Ayolah, kau ke manakan semuanya?”

“Saudara-saudara tak percaya? Silakan periksa seisi rumah ini.”

Si Banyak Bicara segera memberikan kode kepada orang-orang itu. Orang-orang itu serentak memeriksa seantero rumah. Mereka tak mendapatkan apa-apa yang dicurigai selain beberapa peralatan dan bahan-bahan tertentu yang biasanya digunakan untuk membuat patung. Betapapun begitu, mereka tampaknya belum merasa puas. Salah seorang—yang rupanya cukup dihormati dalam kelompok itu— mulai menghardik.

“Heh! Kau mestinya bekerjasama! Menghancurkan patung-patung itu adalah tugas kami. Kami akan memburunya sampai dapat!”

“Silakan periksa sampai dapat.”

Lihat juga...