Kisah dan Fakta di Balik Aksi Kaum Palu Arit
Walhasil, Nasution memberikan kepada Angkatan Darat, Suhardiman dan Ibnu Sutowo. Lalu, terjadilah konflik. “Yang di minyak tidak begitu parah, tapi yang di perkebunan sangat parah. Di antaranya konflik Jengkol pada 1961 yang jadi model aksi sepihak di kemudian hari,” imbuh Aminuddin.
Di Jengkol, kata Aminuddin, dirinya waktu itu sekolah di PGA Kediri. Aminuddin menyebutkan, peristiwa Jengkol tidak lepas dari aksi pendudukan tanah secara liar saat pejabat terkait melakukan pendaftaran, pengukuran, dan pemindahan tanah.
Pada 7 November 1961, pagi, 59 orang melancarkan aksi penanaman jagung di atas tanah yang ditraktor. Dua puluh lima di antaranya perempuan yang bertugas mengirim makanan. Aksi berlanjut pada 9 November, 400 orang tiba-tiba berdatangan dari segenap penjuru untuk melakukan aksi penanaman.
Ketegangan memuncak pada 13-15 November. Sekitar 1.000 anggota BTI dari berbagai kecamatan mendatangi tempat pentraktoran. Mereka berlaku kasar, menganiaya sopir, penjaga, bahkan mengalungkan celurit ke leher polisi.
Menyikapi adanya aksi PKI di sejumlah daerah yang brutal, pada 4 Oktober ada rapat di Taman Sunda Kelapa yang menuntut PKI segera diambil tindakan tegas, namun tidak digubris. Lalu, pada 6 Oktober PBNU menuntut PKI diambil tindakan juga tidak digubris.
Kemudian pada 7 Oktober, ada rapat besar-besaran di Taman Suropati tidak digubris, hingga tanggal 8 Oktober terjadi pembakaran aset-aset PKI di Jakarta sampai 11 Oktober.
Aminuddin menyebutkan, selama ini PKI tidak berani membicarakan sebelum atau setelah Oktober, karena banyak sekali kekejaman mereka. “Yang saya ingat, ditangkap satu-satu setelah Oktober sampai Januari 1966, ditemukan bukti-bukti, bahwa PKI terlibat aksi PKI yang berujung Mahmilub. Yang menangani ABRI. Sebelumnya masyarakat melakukan amuk massa, termasuk saya,” tutur Aminuddin.