Kisah dan Fakta di Balik Aksi Kaum Palu Arit

Narasumber Diskusi Buku ‘Kaum Merah Menjarah’ bertajuk “Mengapa Islam Menolak Ideologi Komunis?” di Islamic Festival & Book Fair Jawa Barat 2017 di Pusdai, Bandung, Minggu (26/11/2017). Searah jarum jam, H. Usep Romli Abdul Hamid (wartawan senior HU Pikiran Rakyat, pengasuh Ponpes Raksa Sarakan, Malangbong, Garut), Prof. DR. Aminuddin Kasdi (dosen, penulis buku), Kiflan Zen (tokoh antikomunis), moderator Mahfudi (Ketua IKAPI Jawa Barat). -Foto: Makmun Hidayat

Sebelumnya, para penggarap serentak menolak pelaksanaan bagi hasil dan menghendaki pelaksanaan biaya penggarapan menurut keputusan Panitia Landreform Kecamatan Mantingan. Sengketa terus berlarut-larut.

Pihak Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern Gontor Ponorogo (YPPWPMG) menyebutkan, melihat gelagat tidak baik tatkala musim panen tiba karena penggarap yang melancarkan aksi sepihak mulai menuai sebelum panen tiba, dan hasilnya terus mereka bawa pulang tanpa memberitahu. Padi yang dikumpulkan di lapangan Dadung, disebutkan YPPWPMG, terus-menerus diambil para penggarap.

Apa yang dilakukan petani penggarap dari BTI tersebut, merupakan salah satu dari potret aksi-aksi yang dilancarkan PKI di Jawa Timur di sejumlah daerah. Aksi-aksi itu dituangkan Aminuddin Kasdi dalam bukunya, ‘Kaum Merah Menjarah, Aksi Sepihak PKI/BTI di Jawa Timur 1960-1965’.

Dalam forum diskusi buku di Bandung, Aminuddin mengatakan, salah satu arti penting dari gerakan aksi sepihak landreform ini tak terlepas dari kebijakan PKI untuk mencetuskan revolusi ketiga dari tiga revolusi. Yaitu, revolusi nasional perang kemerdekaan. Kemudian revolusi sosial, di mana kaum komunis berusaha menguasai aset-aset ekonomi, seperti aset pertanian, guna kepentingan terbentuknya masyarakat komunis. Dan, revolusi  membentuk masyarakat komunis tanpa kelas.

Lihat juga...