Mewaspadai Fenomena “Fellow Traveller” di Indonesia
CIREBON — Partai Komunis di bumi Indonesia boleh dibilang tidak akan pernah ditemukan kembali, namun fellow traveller-nya banyak bertebaran sehingga keberadaanya perlu diwaspadai.
Hal itu terungkap dalam Diskusi Buku Fellow Traveller bertajuk “Bahaya Palu Arit dalam Kehidupan Bangsa Indonesia” di Gedung Wanita (Charuban Convention Center), Jalan Pemuda No. 1, Kota Cirebon, Jawa Barat, Kamis (3/10/2019) sore.
Menurut Mahpudi, seorang penulis sejumlah buku tentang Pak Harto, fellow traveller merupakan satu istilah yang dipopulerkan oleh Vladimir Ilyich Ulyanov yang juga dikenal dengan nama Vladimir Lenin, sebagai salah satu ajaran Leninisme.
“Jika kita akses buku-buku komunis, dalam buku Vladimir Lenin, seorang tokoh komunis negara Uni Soviet (kini Rusia) terdapat ajaran Leninisme. Salah satu ajarananya ia sebut fellow traveller. Adalah istilah bagi orang yang ketemu di jalan kemudian di tengah perjalanan ada yang menumpang, itulah fellow traveller,” katanya saat menjadi pembicara dalam diskusi buku karya Soetoyo NK tersebut.
Dijelaskan Mahpudi, istilah fellow traveller digunakan Lenin untuk mengajari para pengikutnya. Fellow traveller, kata Mahpudi menyitir ucapan Lenin, “Saya lebih suka komunisme ini menyebar atau disebarkan oleh para usefull idiot. Tidak perlu mereka menjadi anggota Partai Komunis, tetapi mereka dengan gigih membela, memperjuangkan, dan selalu mendukung ideologi kita, kelak setelah situasinya menjadi sangat mungkin maka kitalah yang harus mengambil alih.”
Lantas siapa yang dimaksudkan dalam kategori fellow traveller? Yakni seluruh orang yang berguna bagi Partai Komunis untuk mencapai tujuannya. Para ahli hukum, seniman, pembela HAM, bagi Lenin itu, kata Mahpudi, jauh lebih baik daripada punya anggota banyak tapi tidak mampu berbuat apa-apa.