Rinjani Ditutup?

Catatan Harian Abdul Rohman Sukardi – 02/07/2025

 

 

Itulah tuntutan netizen Brazil atas meninggalnya Juliana Marins di Rinjani. Narasi besarnya bentangan waktu yang terlalu lama: antara kejadian dan datangnya pertolongan. Bentangan itu merupakan momen kritis: hidup matinya seseorang.

Netizen Brazil membuat “serbuan bintang satu”, untuk rating google Taman Nasional Rinjani. Bahkan tututan “Rinjani Tutup”. Netizen Indonesia balik menyerbu Taman Nasional Amazon: kebanggan Brazil. Juga “serbuan Bintang Satu”.

“Banyak hal harus dibenahi, tapi jangan membabi buta menyalahkan Indonesia atas kasus Juliana”. “Jangan mengusik kebanggaan Indonesia, merendahkan martabat Indonesia. Jangan pula mematikan mata pencaharaian orang-orang Rinjani”. Mungkin begitu makna balasan netizen Indonesia itu.

Benturan netizen dua negara ini dimulai Sabtu 21 Juni 2025. Pukul 04.00–05.00 WITA, Juliana, warga Brazil, terjatuh di area Cemara Tunggal Gunung Rinjani. Terperosok sejauh 150-200 m menuju jurang Segara Anak, saat istirahat dan ditinggal sendiri oleh rombongan. Pemandu mungkin dibuat dilema: antara kelompok yang ingin meneruskan perjalanan. Dengan Juliana yang harus berhenti dulu. Pemandu bolak balik mengontrol rombongan dan Juliana.

Setelah Juliana jatuh, teriakannya sempat terdengar pendaki lain. Pemandu mencarinya dan melapor Pos TNGR.

Pukul 06.30 WITA, informasi insiden itu diterima petugas Balai TNGR (Taman Nasional Gunung Rinjani). Pukul 09.40 WITA Balai TNGR menghubungi Kantor SAR Mataram. Pukul 10.20, 10.30, dan 12.30 WITA. Tiga tim SAR terpadu (Basarnas, TNGR, BPBD, TNI/Polri) resmi diberangkatkan. Pukul 14.32 WITA Tim awal (pendahulu) tiba di Lokasi Kejadian Perkara (LKP) dan segera melakukan pendekatan awal.