Rinjani Ditutup?

Pukul 16.00 WITA dilakukan evaluasi: tali rapel sepanjang 300 m dinilai tidak cukup menjangkau korban. Juliana semakin terperosok sangat dalam. Pukul 19.38–19.50 WITA, tim SAR tambahan tiba di LKP. Pukul 20.00 WITA: penyelamatan hingga kedalaman 300 m dilakukan, namun tidak menemukan korban. Selebihnya korban tidak tertolong, terlempar lebih dalam. Tim tambahan berdatangan, evaluasi persiapan, pencarian ulang dan evakuasi selesai hingga hari ke empat. Ketika Agam Rinjani, relawan, sebagai orang terakhir sampai ke permukaan bersama mayat Juliana.

Kenapa pada hari pertama itu (sabtu) tim penyelamat tidak segera menjangkau korban. Ketika masih hidup pada kedalaman 200 m?. Harus perlu berjam-jam untuk sampai lokasi. Kenapa tidak menggunakan helikopter. Kenapa persiapan cukup lama. Dan seterusnya. Itulah yang tidak terjelaskan dengan baik. Memicu gelombang emosi netizen Brazil.

Mobilisasi tim SAR terpadu di area terpencil memakan waktu hitungan jam. Cemara Tunggal berada pada ketinggian di atas 2.900–3.000 mdpl, berpasir khas puncak gunung api. Helikopter berisiko gagal terbang oleh pasir beterbangan. Lokasi harus dijangkau secara konvensional: jalan darat.

Cemara Tunggal hingga jurang Segara Anak tempat Juliana terjatuh sangat terjal: (lereng >60°), curam, dan sempit. Tim SAR harus berhitung untuk tidak sekedar segera tiba. Tapi fasilitas untuk penyelamatan korban pada kedalaman: ~150–200 m (kejatuhan awal). Sebelum akhirnya diketahui posisi korban sudah mencapai kedalaman 400–600 m.

Sementara salah satu group relawan berpengalaman dan paham medan (Agam dan TIO) di Jakarta. Posisi hari-harinya sangat dekat dengan jalur Sembalun, tempat korban. Lebih cepat menjangkau lokasi di banding Tim SAR Terpadu. Juliana tergelincir ditakdirkan pada saat salah satu group relawan terbaik untuk rescue itu, berada di kejauhan. Terhalang kehabisan tiket untuk segera bisa datang.