Soeharto selalu membangun politik dalam spirit kebangsaan. Spirit kebangsaan, yaitu spirit persatuan dan kesatuan, sehingga selama kepemimpinan Soeharto, kehidupan politik aman, tenang, tentram, dan damai. Pertikaian partai dan konflik yang disebabkan akan timbulnya permasalahan, tidak ada. Hanya ada riak kecil yang sifatnya sebagai tampilan identitas dari sebuah kolompok, memang ada. Misalnya, pada tahun 1978, ada kegiatan kerusuhan yang dipelopori oleh ekstrim kiri. Kemudian, ada juga kerusuhan di Tanjung Priok yang disponsori oleh ekstrim kanan. Tetapi, semua dapat diatasi. Beberapa kegiatan teroris dan komando jihad, bisa teratasi.
KEHIDUPAN YANG SEIMBANG PADA MASA SOEHARTO MEMIMPIN GOLKAR
Pada era Soeharto, pada seluruh bidang kehidupan, berkembang prinsip hidup yang seimbang antara makan untuk rohani, makanan untuk jiwa, dan makan untuk tubuh. Semua lengkap tersedia. Rakyat tidak susah mengantri atau mengikuti aturan birokrasi yang menghambat kelancaran pelayanan. Maka, bangsa Indonesia pada masa itu melimpah sejahtera. Kegiatan rohani benar-benar menyejukan hati dan pikiran. Kegiatan kejiwaan benar-benar terhibur dengan sarana dan prasarana budaya yang disiapkan. Untuk merawat tubuh pun, kita tersedia obat dan rumah sakit yang siap melayani 24 jam.
Ketika memimpin Golkar, Soeharto membangun manusia seutuhnya. Manusia, menurut Soeharto, memiliki tiga dimensi, yaitu roh, jiwa, dan tubuh. Yang digambarkan roh, artinya, nyawa yang menjadi sumber kehidupan manusia. Sedangkan jiwa digambarkan sebagai akal, pikiran, dan perasaan. Sedangkan tubuh adalah darah dan daging, serta kerangka tulang yang membentuknya. Ketiga, menurut Soeharto, tidak boleh ada yang sakit. Ketiganya harus dipenuhi kebutuhannya. Karena itu, pembangunan, perubahan, dan kegiatan politik Indonesia harus memiliki tujuan untuk memenuhi ketiga kebutuhan tersebut.