Sekarang ini, Bangsa Indonesia harus memiliki pemikiran, membangun Indonesia di masa depan tidak memerlukan sikap dan perilaku yang menyanjung Soeharto dan menjelekkann Soekarno. Atau sebaliknya, malah menyanjung Soekarno dan menjelekkan Soeharto. Dengan terlalu menyanjung Soekarno, justru kita akan berperilaku kebangsaan Indonesia yang ingkar terhadap Pancasila seperti sekarang ini. Menampilkan Soekarno dengan Pancasila 1 Juni 1945, malah berujung pada sikap ingkar terhadap Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia yang diresmikan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membangun kehidupan nasionalisme Indonesia yang dapat memantapkan kelangsungan hidup bangsa Indonesia yang selaras, serasi, dan seimbang dalam bingkai NKRI, Bhineka Tunggal Ika, kebudayaan, dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah generasi yang disebut generasi abad 19, 20, dan 21. Bukan generasi Zaman Now, genersasi x, generasi z, ataupun generasi milenial yang tidak diketahui visi dan misi kehidupannya dalam kebangsaan Indonesia.
SOEHARTO DAN GOLKAR
Di masa lalu, Soeharto memegang kepala pemerintahan setelah sukses mengakhiri konflik politik dan sosial masyarakat Indonesia pada tahun 1965, mematahkan gerakan PKI dengan G30S/PKI, yang ditandai dengan pembunuhan para Jenderal TNI AD. Setelah sekian lama bangsa Indonesia didera perselisihan politik dari tahun 1950 hingga 1965. Sekalipun Soekarno sudah mengupayakan akan pencapaikan kata sepakat tentang Indonesia dan sistim politiknya, ternyata, tidak kunjung ditemukan.
Alih-alih menentukan metode sistim politik yang tepat, Soekarno malah justru terjurumus dalam masalah kebangsaan Indonesia dengan program politik Nasakom yang berujung pada berakhirnya pemerintahan yang dia pimpin sendiri. Akibatnya, Soekarno ditentang oleh bangsa yang ia merdekakan, Soekarno ditentang partai yang ia dirikan, Soekarno ditentang oleh umat yang seiman dengan dirinya, dan Soekarno harus bermusuhan dengan politik Pancasila yang ia ciptakan sendiri.