Sosok Dewi Gukrasani di Mata Direktur Budaya TMII

Adhi memanggil perawat memintanya untuk memeriksa ibunya. Setelah tiga kali diperiksa, tidak ada perubahan. Perawatpun memanggil dokter untuk memeriksa kembali Ibu Dewi, dan Adhi diminta untuk keluar. Saat dokter itu ke luar ruangan, Adhi langsung bertanya, “Ibu saya sudah meninggal ya, Dok?”

Dokter itu malah menjawab, “Panggil keluarganya”.

Saat itu juga Adhi menelepon Riesang yang sedang shalat magrib bersama ayahnya di Mushola RS Fatmawati, untuk segera ke lantai 3, karena dokter mau bicara. Sesampainya di lantai 3, Adhi langsung bilang pada kakak dan ayahnya, agar mengiklaskan Sang Ibu. “Dokter belum ngasih tahu, saya sudah bilang Mas lo harus iklas ya, Bapak, juga. Karena saya yakin kalau Ibu sudah diambil yang berhak, yaitu Allah SWT,” kata Adhi.

Akhirnya, dokter pun memberitahu, kalau Ibu Dewi telah berpulang ke Rahmatullah, pihak RS telah berusaha, tetapi Allah SWT punya kuasa atas semuanya.

Di mata Adhi, Bundanya itu adalah sosok perempuan penyabar dan selalu mengayomi anak-anaknya. Ibunya itu pun tidak pernah  menyusahkan orang lain. “Ibu itu perempuan sangat luar biasa, lembut banget sosok perempuan Jawa banget,” ujarnya.

Begitu juga di mata Riesang. Bunda Dewi adalah sosok ibu yang penyabar, ramah dan pengertian. “Ibu tak tergantikan. Kalau Adhi bilang saya harus iklas, insya allah saya iklas,” kata Riesang.

Saat ditanya apakah punya firasat atas kepergian sang bunda, Reisang mengaku tak ada firasat, pesan pun tidak. Hanya saja, kata dia, Atun (pengasuh Reisang dan Adhi sejak kecil) yang hingga kini menjadi asisten rumah tangga orangtuanya pernah bermimpi dua kali.

Dalam mimpi pertamanya, kata Reisang, Bi Atun didatangi Ibu dan berpesan “Nitip Bapak dan anak-anak, ya”. Kemudian mimpi keduanya di malam Minggu, Ibu berpesan lagi dan meminta Bi Atun segera pulang ke rumah. “’Kamu sekarang pulang beres-beres rumah, nanti malem mau ada tamu’. Itu mimpi Bi Atun”, kata Reisang.

Lihat juga...