Sosok Dewi Gukrasani di Mata Direktur Budaya TMII
Senin paginya, Adhi segera berwakaf di Masjid Sawangan tak jauh dari rumah dia. Bada zuhur, Adhi ditelepon Riesang, kakaknya mengabarkan kalau ibunya drop lagi. Dia pun segera ke rumah sakit menemui ibunya.
Sesampai RS, Adhi langsung ke lantai 3 tempat ibunya dirawat, untuk menjaganya mengantikan kakak dan ayahnya. Dokter berpesan, agar Adhi terus menjaga ibunya, karena kondisinya kritis. “Saat itu, ibu sudah koma,” kata Adhi.
Dalam kondisi ibunya koma, Adhi tetap mengajak bundanya untuk membaca Surat Alfatiha. “Ibu, kita baca surat Al Fatiha, ya 7 kali,” kata Adhi menirukan ucapannya kala itu pada ibunya. Pada bacaan kelima surat Al fatiha, kata Adhi, mata ibunya terlihat melek, dengan kedipan ke atas ke bawah. Alhamdulilah, Adhi bersyukur Allah SWT menjaga ibunya.
Pada kondisi itu, Adhi tetap mengajak ibunya untuk membaca Surat Al Fatiha. “Bu, baca lagi, ya,” ucap dia kembali menirukan ajakannya pada sang ibu saat itu.
“Pas bacaan keenam, ibu narik nafas kenyang dan menghepaskannya pelan-pelan, lalu nafas ibu pun terhenti. Saya bangunkan ibu, tapi tak ada respon,” kata Adhi. Dia percaya, kekuatan doa itu sangat dahsyat tak terkalahkan oleh gelombang apapun.
Adhi pun membaca ayat kursi niat dalam hati tiga kali dengan tetap mengajak ibunya berdoa. “Bu, baca ayat kursi, ya,” ujar Adhi, saat itu. Saat Adhi membaca ayat kursi, dia melihat kondisi ibunya tak berdaya. Adhi pun mendekati bundanya, dan mengajaknya untuk membaca dua kalimat sahadat. “Bu, baca dua kalimat sahadat dulu ya, Adhi tuntun,” kata Adhi kembali menirupkan ucapanya saat itu.
Dalam kondisi ibunya tak berdaya, Adhi melantunkan dua kalimat sahadat di telinga sang ibu tercinta. “Alhamdulilah, baca dua kali kalimat sahadat, ibu kembali bernapas. Saya pun tuntun ibu untuk membaca lagi, tapi nafas ibu malah berhenti, terlihat juga di mesin juga gerak nafas ibu terhenti. Allahu Akbar, ibu telah pergi,” ungkap Adhi.