“Dulu bapak saya itu sebenarnya meminta saya agar tidak usah sekolah sampai tinggi-tinggi. Tapi saya tetap ingin kuliah, walaupun harus membiayai kuliah sendiri dengan jadi kusir andong dan bantu bapak saya di bengkel,” ujar warga asli Kotagede, Yogyakarta, ini.
Setelah lulus kuliah, menikah, dan menjadi PNS, Mbah Joko tak serta merta meninggalkan pekerjaanya sebagai pembuat andong. Terlebih dari 9 saudaranya, hanya Mbah Joko saja yang sejak awal membantu bapaknya meneruskan usaha pembuat andong hingga akhirnya menjadi generasi penerus sampai sekarang.
“Dari 10 bersaudara, memang hanya saya sendiri yang meneruskan usaha bapak saya sebagai pembuat andong sampai sekarang. Sebenarnya dulu ada satu saudara saya yang juga membuka usaha pembuatan andong, tapi tidak jalan dan akhirnya tutup,” katanya.
50 tahun lebih menggeluti usaha pembuatan andong, nama Mbah Joko memang telah banyak dikenal di kalangan para kusir andong. Banyak pelanggannya tak hanya berasal dari DIY saja, namun juga hingga ke luar daerah, mulai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Jawa Barat, dan Jakarta. Ia bahkan kerap kali mendapat pesanan kereta kencana untuk wisata dari luar negeri, seperti Amerika, Australia, Belanda, hingga Korea.
“Saya hanya khusus membuat kereta roda 4 saja. Seperti andong wisata atau kereta kencana,” ujarnya.
Satu buah andong, dikatakan Mbah Joko, bisa selesai dibuat dalam kurun waktu sekitar 1,5-2 bulan. Semua proses pembuatan andong itu hampir seluruhnya ia kerjakan sendiri dengan dibantu seorang anaknya. Mulai dari memproses besi lonjoran untuk dibuat kerangka dengan ditempa secara manual hingga memproses kayujJati mentah menjadi chasis dan bodi kereta andong.