JUMAT, 10 FEBRUARI 2017
BANTUL — Meski telah berusia 68 tahun, Joko Narwanto atau akrab disapa Mbah Joko tampak masih begitu cekatan melakukan pekerjaannya sebagai seorang pande atau pembuat andong. Ditemui di bengkelnya, Dusun Kertopaten, Wirokerten, Banguntapan, Bantul, Jumat (10/02/2017) sore, ia tampak tengah sibuk mendandani sebuah kereta andong milik pelanggannya, seorang diri.
![]() |
Joko Narwanto atau akrab disapa Mbah Joko. |
Tanpa kesulitan, ia melepas sebuah besi penopang yang rusak, membakarnya pada tungku api, meluruskannya dengan cara dipukul-pukul, lalu memasangnya kembali. Meski masih menggunakan peralatan tradisional yang serba manual, Mbah Joko tak sedikit pun mengeluh. Di usainya yang telah senja, ia tetap menjalankan pekerjaanya sehari-hari itu dengan penuh kesungguhan dan dedikasi tinggi.
Sepintas, orang mungkin akan mengira Mbah Joko hanyalah seorang tukang pembuat andong biasa, sebagaimana tukang-tukang lainnya. Namun, ternyata, Mbah Joko adalah sosok tukang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Selain berprofesi sebagai tukang pembuat andong, ia ternyata juga merupakan seorang pensiunan pegawai negeri sipil, yang pernah mengenyam pendidikan tinggi di Fakultas Ilmu Pemerintahan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, lulus tahun 1974 dengan gelar Drs.
Terlahir dari seorang bapak yang juga berprofesi sebagai tukang pembuat andong, Mbah Joko mengaku, sudah terbiasa bekerja keras sejak masih muda. Sejak SMP, ia sudah mulai diminta membantu bapaknya membuat andong pesanan di bengkel setiap kali pulang sekolah. Selepas lulus SMA ia juga harus nyambi sebagai kusir andong di Pasar Beringharjo untuk membiayai kuliahnya.