Menelisik Misteri Dua Buku Noorca M Massardi

Di buku ini juga ungkapan cinta tentu saja setia datang sebagai sampiran pemanis.
Saya suka dengan baris diksi yang ditata sebagaimana salah satu paragraf dalam puisi Malioboro.
Lalu kita menuju tugu/ tempat rindu harus menunggu/ sebelum hasrat berlalu/ sebab terngiang masa lalu/ saat cinta bertemu remaja/ yang menyimpan banyak pesona/ dan jejaknya masih tampak nyata/ walau hanya tersamar//
Memang bukan penyair jika tak mampu mengemas cinta dalam karya-karyanya, menjadi tersuguhkan mendekati atau bahkan melampaui level melankolis serta dramatis.
Kesan semacam itulah yang kuat melekat dalam puisi Noorca di buku ini.
Meskipun sebagai sampiran estetika, perspektif cinta yang terolah dalam tiap bait menjadi dominasi cara ungkap.
Buku ini juga menjadi lebih menggairahkan dibaca, sama menggairahkannya dengan mengarungi gelegar dan denyar mabuk asmara, karena setiap puisi juga disertai dengan sebiji ilustrasi yang dibuat Rayni N Massardi.
Ilustrasi abstrak yang sepertinya tidak terlalu bertendensi menerjemahkan maksud dari setiap puisi yang didampingi.
Ilustrasi abstrak yang juga bisa dimaknai berdiri sendiri, bahkan menjadi kolaborasi sebagai puisi visual yang mandiri?
Di buku ini Noorca memang tidak menempatkan cinta sebagai barang mainan atau untuk main-main.
Noorca menempatkan cinta sangat agung. Noorca menempatkan cinta harus selalu dimaknai, diberi pemaknaan tertentu agar semakin membara.
Noorca menempatkan cinta bukan dalam kepentingan apa pun selain kedahsyatannya membius laki-laki dan perempuan hingga riang gembira atau malah sedu sedan.