Ibadah puasa dan peribadatan-peribadata itu sebagai sarana tempaan agar mampu menjadi bertaqwa. Bahasa syar’inya mampu menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah Swt.
Esensinya menjadi manusia yang selalu dekat dengan kebenaran. Selalu berorientasi pada kebenaran. Mampu menahan diri dari ketidakbenaran. Ialah segala sesuatu yang datang dari Allah. Itulah kebenaran.
“Kebenaran itu dari Tuhanmu. Maka, janganlah sekali-kali engkau (Nabi Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu” (QS, 2:147).
Dalam bahasa berbeda, puasa Ramadhan menempa individu-individu menjadi beradab. Memiliki keadaban. Ialah memiliki akhlak, tingkat kecerdasan lahir batin, serta kebaikan budi pekerti. Bersumber pada kebenaran Allah Swt. Tuhan pencipta dan pengendali seluruh jagad raya.
Melalui individu-individu yang beradab, akan terbentuk peradaban. Peradaban ilahiyah. Peradaban yang bersumber dari pencipta kehidupan. Bukan peradaban yang didasarkan atas ketidakketerkendalian nafsu. Yang bertentangan dengan kebenaran yang datang dari Allah Swt.
Selain tempaan membentuk individu dan masyarakat beradab, Ramadhan juga momentum diturunkannya guidance peradaban itu sendiri. Al Qurán. Diturunkan pada bulan ini.
Al Qurán menerangkan segala sesuatu. QS, 7: 52 menyatakan:
“Sungguh, Kami telah mendatangkan kepada mereka Kitab (Al-Qur’an) yang telah Kami jelaskan secara terperinci atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.
Juga dijelaskan pada QS,10:37, 11:1, 12:111, 16:89, 17:89, 18:54, 26:2, 27:1, 28:2.
Berdasarkan ayat-ayat ini, Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan. Sumber nilai kehidupan. Petunjuk dalam pembangunan peradaban. Petunjuk dalam mewujudkan masyarakat berkeadaban. Berakhlak tinggi. Maju tingkat kecerdasan dan budayanya. Diturunkan pada bulan Ramadhan