Atas realitas itu, jargon “pilih yang lebih baik agamanya” menjadi tidak sepenuhnya akurat. Keputusan pimpinan puncak akan dicoraki oleh kekuatan-kekuatan politik penyangganya.
Capres mana yang bisa melindungi dan membangun eksisitensi peradaban bangsa ber-Tuhan. Nasionalis-Religius (Saptamargais), atau kiri-liberal-transnasional ?. Semua dikembaikan ijtihad masing-masing rakyat Indonesia.
ARS (rohmanfth@gmail.com), 21-01-2024