Tidak sedikit pertanyaan komitmen nasionalisme ditujukan pada partai ini. Antara kesungguhannya atas nasionalisme Indonesia. Atau “poligami idiologis”. Transnasionalisme dan nasionalisme sekaligus.
Penerimaan dan keikutsertaan terhadap sistem demokrasi di Indonesia tiada lain sebagai langkah taktis perlindungan aktivitas dakwahnya yang bersifat transnasional.
PKB, Partai Kebangkitan Bangsa. Bercorak religius-nasionalis. Corak religiusnya diwarnai sebagai konsekuensi salah satu alat pejuangan politik warga NU. Corak religius PKB diwarisi dari spirit perjuangan sosial kegamaan warga NU.
Begitu pula dengan corak nasionalisnya, diwarisi dari ormas NU. Melalui dialektika panjang, termasuk dalam perspektif fiqih peradaban, NU menganggap Pancasila dan NKRI sebagai bentuk final format penyelenggaraan bernegara. Sebagai zona (NKRI) sekaligus blue print (Pancasila) pembangunan peradaban bangsa ber Tuhan.
Berdasar pandangan keagamaannya, NU bisa dikatakan sebagai ormas keagamaan penjaga terdepan dari nasionalisme Indonesia. PKB bukan satu-satunya wadah perjuangan politik bagi warga NU. Maka spirit nasionalisme NU itu tersemai melalui kader-kadernya di banyak parpol. Otomatis tersemai pula melalui banyak capres-cawapres.
Selain Nasdem-PKS-PKB, capres urut 1 juga didukung oleh _pressure group_ keormasan keagamaan. Walau kini pergerakannya lebih mirip sebagai OTB (organisasi tanpa bentuk). Ialah eks FPI, Wahabi, dan HTI.
Dukungan itu terdeteksi dari pergeseran narasi jargon-jargon keagamaan untuk justifikasi politik. Ketiganya melekat pada figur atau komunitas yang bisa menjadi persemaiaan narasi keagamaan itu. Termasuk dalam politik.