Bagaimana karakter ketiganya?
FPI merupakan ormas keagamaan multifaset atau banyak wajah. Ada wajah dakwah, filantropi/aksi kemanusiaan dan pressure group politik. Dipimpin para habaib.
Bisa dikatakan merupakan wadah perjuangan politik (non parpol) para Habaib.
Jumlah massa riilnya masih kecil. Belum memungkinkan membentuk partai politik. Maka ia mencari kuda troya untuk bisa menjalankan misi politiknya. Khususnya melalui figur pimpinan puncak. Menempel pada tokoh-tokoh populer yang bisa mereka kendalikan.
Hisbut Tahrir Indonesia, merupakan gerakan politik transnasional. Mereka hanya bisa menerima sistem khilafah versinya. Menganggap sistem demokrasi, termasuk sistem politik di Indonesia sebagai toghut. Maka ia terus mencari kuda troya untuk tempat perlindungan persemaian gagasannya.
Sedangkan Wahabi, merupakan gerakan keagamaan dengan klaim pemurnian ajaran. Selain ajarannya sering dihukumi sebagai bid’ah. Dan setiap bi’ah itu sesat.
Pandangan ke-Islaman yang ada di Indonesia dihantamnya sebagai bid’ah dan harus di dekonstruksi.
Maka ia memerlukan kuda troya untuk memberi perlindungan dalam penyemaian gagasannya. Termasuk perlindungan akan eksistensi masa depannya.
Ketiga elemen ini menyelinap sebagai pendukung Prabowo pada pemilu 2014 dan 2019. Pada tahun 2024 ini, Prabowo tidak mau kembali sebagai kuda troya bagi ketiganya.
Maka paslon 01 sebagai tempat pelarian. Hal ini didukung fakta sepinya jargon-jargon keagamaan sebagai justifikasi kegiatan politik selain pada paslon 01.
Bagaimana dengan corak politik pendukung capres 02?. Terdiri dari Gerindra, Demokrat, Golkar, PAN.
Idiologi politik Gerindra dicoraki secara kuat oleh figur pimpinannya. Ialah Saptamargais-pluralis. Corak idilogi Saptamargais bisa dikatakan sebagai nasionalis religius. Merupakan doktrin untuk setia dan bangga pada idiologi Pancasila dan NKRI. Kesetiaan pada Pancasila berarti kesetiaan pada peradaban bangsa ber Tuhan. Maka ia bercorak pula religus selain nasionalis.