Berbagai Cara Pelaku Pariwisata di Pesawaran Siasati Sepinya Pengunjung

Editor: Koko Triarko

Sistem carter kerap digunakan oleh wisatawan yang akan mengunjungi pulau Pahawang tanpa menginap, dan peluang perahu lidah miliknya disewa.

Pemilik perahu wisata jenis kasko, Ade Supandi, mengaku sejak sepekan terakhir hanya memperbaiki perahu yang kerap melayani kegiatan snorkeling di pulau Kelagian Lunik, Pulau Tegal dan pulau kecil di wilayah itu, karena sepi penyewa.

Pada kondisi normal, ia tidak menampik kunjungan wisatawan bisa mencapai ratusan orang per hari. Imbasnya, perahu wisata kerap kekurangan perahu.

“Saat ini berbanding terbalik, pemilik usaha jasa perahu wisata kekurangan penumpang, saya isi waktu dengan mereparasi perahu,” terangnya.

Ade Supandi menyebut, sejumlah pelaku usaha pariwisata ikut terdampak pandemi Covid-19, dan belum pernah mendapat stimulan bantuan sebagai pelaku usaha pariwisata. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro tingkat desa hingga kelurahan, bahkan ikut berdampak baginya. Sebagai pengisi waktu luang dengan memancing ikan, menjadi cara mendapatkan uang.

Laki-laki yang memiliki usaha penjualan oleh-oleh, pakaian dan warung makan yang dikelola sang istri itu, mengakui dampak pandemi sangat terasa. Normalnya, warung makan sang istri menjadi tempat bagi wisatawan makan. Namun sejak pandemi, pelanggan didominasi oleh sopir travel, angkutan pedesaan dan warga lokal. Meski kondisi kurang berpihak, Ade Supandi tetap mencari sumber penghasilan lain.

“Saat ini saya menunggu panen petai dan buah durian, hasil panen bisa jadi sampingan imbas pariwisata sepi,”ulasnya.

Dampak sepinya kegiatan wisata juga dirasakan Salim, warga yang bekerja sebagai buruh angkut. Saat wisatawan datang, ia kerap membantu membawakan peralatan, barang dengan gerobak.

Lihat juga...