Rebut Kekuasaan, PKI Lakukan Operasi Militer dan Politik
Fase Karantina Presiden
Operasi militer G 30 S/PKI pada tahap ini dilakukan dengan menguasai sarana-sarana vital komunikasi publik yaitu RRI dan Telkom, tekanan militer kepada Presiden di Istana Merdeka serta tekanan militer kepada Presiden ditempat penyanderaannya yang baru di rumah Susanto di kawasan Halim. Penguasaan sarana vital komunikasi publik, RRI dan Telkom, dilakukan oleh pasukan Bima Sakti pimpinan Kapten Infanteri Suradi dengan tujuan (1) pemblokiran akses informasi bagi Presiden (pemutusan jaringan telepon keluar masuk Istana); (2) pemblokiran akses informasi lawan-lawan dan potensi penghambat G30S; (3) keleluasaan pengelolaan manajemen propaganda G30S seperti penyebarluasan komunike melalui RRI; dan (4) keleluasaan komunikasi antar pelaku G30S beserta jariangan-jaringannya, termasuk komunikasi dengan jaringan-jaringan pendukung PKI di luar negeri seperti RRC dan unsur-unsur PKI di daerah. .
Tekanan militer kepada Presiden di Istana Merdeka dilakukan dengan menyiagakan pasukan Yon 530/Para Brawijaya dan Yon 454/Para Diponegoro, minus beberapa peleton yang dilibatkan dalam proses penculikan jenderal. Pimpinan G30S/PKI memberi perintah kepada mereka dengan kamuflase menjaga keselamatan Presiden dari coup Dewan Jenderal. Tujuan sebenarnya penempatan pasukan adalah memberikan dukungan misi Brigjen Soeparjo menjemput Presiden Soekarno, dengan cara halus maupun paksa, untuk kemudian disanderanya di rumah Susanto kawasan Halim. Brigjen Soepardjo hendak membawa Presiden dengan menggunakan helikopter Men/Pangau sehingga tidak banyak disertai iring-iringan pasukan pengawal.