Rebut Kekuasaan, PKI Lakukan Operasi Militer dan Politik
Komunike juga menyebutkan akan adanya proses politik berupa pembentukan Dewan Revolusi pada tingkat pusat, provinsi dan kabupaten, sebagai tindak lanjut pembersihan para jenderal. Mencermati isi komunike dapat segera disimpulkan oleh siapa pun bahwa pembunuhan dan penculikan itu dilakukan dalam rangka kudeta. Melalui instuisi dan pengalamannya masing-masing, Mayjen Soeharto, Kol. Inf. Yoga Soegama dan jurnalis Rosihan Anwar, pada jam-jam pertama G30S, telah dapat menyimpulkan G30S didalangi PKI.
Ketika komunike itu disiarkan RRI, Mayor Jenderal Soeharto masih disibukkan menganalisa keanehan-keanehan kejadian hari itu, yaitu pembunuhan para jenderal pimpinannya, adanya pasukan tidak dikenal di sekitar Monas diluar perintah Kostrad ataupun Pangdam V/Jaya, dan kehadiran Brigjen Soepardjo bersama timnya mencari Presiden Soekarno di Istana Merdeka.
Mendengar komunike itu hati Mayjen Soeharto berdegub. Selain mengetahui secara lebih pasti pelaku pembunuhan para jenderal, naluri dan pengalaman militernya segera memberi petunjuk bahwa gerakan Untung didalangi PKI, karena yang bersangkutan merupakan didikan Alimin, tokoh senior dan ideolog PKI. Sedangkan Kol. Inf. Yoga Soegomo merupakan Asisten Intelijen Kostrad yang pernah menjadi Komandan Untung dalam RTP atau Resimen Tim Pertempuran II semasa menumpas PRRI. Ia mengetahui betul karakter, tabiat dan perilaku Letkol Untung.
Adapun Rosihan Anwar memberikan kesimpulan gerakan Letkol Untung didalangi PKI ketika berdiskusi dengan Sujatmoko, seorang tokoh sosialis, beberapa saat setelah mengetahui Jenderal MT Haryono diculik. Sujatmoko merupakan kolega Jenderal MT Haryono yang pada pagi itu juga menjadi korban pembunuhan pasukan G30S/PKI.