Inilah Kisah Salbiyah Pendamping Pemberdayaan Masyarakat di Kaltim
Ia justru terus mendorong warga lain untuk memanfaatkan cocofiber itu untuk berbagai kerajinan yang laku dijual, karena produksi pot oleh warga hingga saat ini hanya memanfaatkan sekitar 1 persen dari total cocofiber yang menumpuk di halaman rumahnya, sehingga ia kerap kesulitan membuangnya.
Sebenarnya Salbiyah memiliki banyak pilihan untuk memanfaatkan “limbah” tersebut seperti bahan membuat keset, tali tambang, isi kasur pengganti kapuk, isi kursi, dan pot bunga.
Namun untuk pilihan awal ini ia cenderung membuat pot dulu karena jenis ini yang dinilai paling siap. Untuk kriya yang lain, ia berpikir sambil mencari warga yang bersedia atau punya ide untuk mengubah limbah menjadi rupiah.
Untuk pot bunga yang ia latihkan ke kaum hawa, sementara ini hanya ada tiga bentuk dengan berbagai ukuran, yakni bentuk hati, kotak, dan bulat dengan masing-masing pot dengan kisaran harga antara Rp15 ribu hingga Rp20 ribu per pot.
Pendampingan di 54 Desa/Kelurahan
Selain Salbiyah, masih banyak pendamping desa/kelurahan lain dalam Program P2KPM Kabupaten PPU, karena dalam program ini satu desa/kelurahan ditempatkan satu pendamping, kemudian tiap kecamatan ada 2-3 pendamping, dan di kabupaten ada pendamping yang membawahi kecamatan dan desa/kelurahan.
Di kabupaten ini terdapat 30 desa dan 24 kelurahan yang tersebar pada empat kecamatan, sehingga total pendamping di level dasar ada 54 orang, ditambah 9 pendamping di tingkat kecamatan dan 9 pendamping di tingkat kabupaten.
Setiap pendamping selain menjalankan tugas utama dalam melakukan pendampingan terhadap masyarakat dan aparatur desa/kelurahan, mereka juga berkreasi dan mengembangkan sesuai bakat masing-masing.