Inilah Kisah Salbiyah Pendamping Pemberdayaan Masyarakat di Kaltim
Saat tidak ada kerjaan dan saat sepi pembeli merupakan waktu yang tepat baginya untuk membuat pot, yakni diawali dengan memotong kawat kasa sebagai kerangka membuat pot.
Ketika kerangka sudah terbentuk dua rangkap baik model bulat, segi empat, maupun bentuk hati, ia tinggal memasukkan cocofiber ke dalam kerangka kawat tersebut dan dipadatkan sehingga jadilah karya kriya pot cantik.
Bahan Baku Melimpah
Ide membuat pot yang dipelajari Salbiyah secara mandiri yang kemudian ditularkan ke warga ini, diawali dari melimpahnya bahan baku cocofiber di kelurahan ini, sehingga ia berpikir sebaiknya diapakan cocofiber yang masih menjadi limbah tersebut.
Cocofiber tersebut merupakan “limbah” dari pembuatan cocopeat yang diolah oleh Zainuddin (59), pamannya Salbiyah. Cocopeat merupakan media tanam atau bahan untuk membuat pupuk organik.
Ide pembuatan kriya pot juga diawali dari dorongan sang paman terhadap Salbiyah yang menantang untuk memanfaatkan cocofiber tersebut menjadi barang yang berguna, karena selama ini limbah ini harus dibuang akibat memenuhi halaman dan rumah produksi cocopeat.
Zainuddin yang menggiling sabut kelapa untuk diambil cocopeatnya karena pihaknya telah menjalin kontrak dengan salah satu perusahaan perkebunannya setempat, yakni perusahaan tersebut minta dipasok sebanyak 60 ribu ton cocopeat dalam waktu tertentu sesuai perjanjian kontrak.
Produksi cocopeat inilah yang menyebabkan melimpahnya cocofiber, sehingga ia harus memanfaatkannya untuk berbagai kerajinan yang bernilai ekonomis.
Hingga saat ini Zainuddin masih memberikan cocofiber itu ke masyarakat secara gratis. Bahkan ia bersyukur jika ada yang mau mengambilnya, ketimbang ia harus membuang limbah tersebut.