Ini Pesan PGRI Jateng yang Memprihatinkan Nasib Guru Honorer
Editor: Mahadeva
SEMARANG – Kesejahteraan guru, peningkatan kualitas pembelajaran di masa pandemi COVID-19, hingga pengangkatan guru honorer atau Guru Tidak Tetap (GTT) menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), menjadi sejumlah amanat yang disampaikan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Jateng, dalam puncak peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2020.
“Ditengah pandemi COVID-19, dengan segala keterbatasannya kami mendesak agar upaya meningkatkan mutu pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan di masa pandemi, berjalan dengan baik dan aman,” papar Ketua PGRI Jateng, Dr Muhdi SH MHUm, di puncak acara peringatan HGN 2020 sekaligus HUT PGRI ke-75 PGRI di Balairung kampus Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Sabtu (5/12/2020).
Persoalan peningkatan kesejahteraan dan kepastian status guru, ditegaskannya harus terus diperjuangkan, mengingat secara keseluruhan Indonesia masih kekurangan 998 ribu orang guru. “Pemerintah berkomitmen untuk mengatasi kekurangan guru, yang ditunjukkan dengan mengangkat guru sebagai ASN dan PPPK. Namun rekrutmen yang dimulai 2018, belum sebanding dengan kekurangan guru. Apalagi jumlah yang pensiun semakin besar. Tidak hanya itu, guru PPPK yang setelah diumumkan pada 2019 sampai saat ini, belum menerima Surat Keputusan (SK),” jelas Muhdi.
Dengan kondisi tersebut, PGRI mendesak agar pemerintah segera memenuhi kekurangan guru melalui pengangkatan sebagai ASN maupun PPPK. Namun, sebelum diangkat, bagi GTT/PTT diberikan penghasilan minimum paling tidak setara Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK). “Harus diketahui, bahwa selama pandemi COVID-19, para guru GTT atau honorer ini sangat membantu terselenggaranya pembelajaran. Mereka menjadi penyelamat, karena rata-rata merupakan generasi muda yang lebih adaptif terhadap pembelajaran yang dilakukan dengan teknologi atau online,” lanjut pria, yang juga menjabat sebagai Rektor UPGRIS tersebut.