Pandemi Corona Sebabkan Omzet Pedagang Asongan, Anjlok
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Berbagai barang dagangan yang dibawa Apsah berupa air minum dalam kemasan, makanan ringan, masih utuh belum terjual. Pedagang yang disebut sebagai pengasong itu menyebut, normalnya sejak pagi hingga siang minimal Rp100.000 sudah dikantongi. Kini, menjual barang dagangan di area terminal antarmoda pelabuhan Bakauheni ia bisa dapat uang Rp20.000.
Penurunan omzet sebut Apsah, terjadi semenjak pandemi Covid-19 melanda. Pelaku perjalanan memakai moda transportasi kapal, bus dan travel yang menurun berimbas usahanya ikut terpengaruh. Jumlah penumpang yang menurun sebutnya jadi pemicu konsumen berkurang. Menjual sekitar puluhan item makanan, minuman dalam sehari, ia bekerja sejak pagi hingga sore.
Ia mengandalkan berjualan kopi seduh produksi pelaku UMKM yang ada di Lampung Selatan. Imbas berkurangnya penjualan selama masa pandemi Covid-19 stok kopi bubuk banyak tidak terjual.
Selain kopi bubuk ia juga menjual makanan ringan kerupuk ikan, kerupuk kemplang. Berbagai jenis rokok yang dijual ketengan serta korek gas untuk kebutuhan pengemudi bus, travel, ojek.
“Perbandingan omzet dan volume penjualan barang sangat terasa selama masa pandemi Covid-19 karena jumlah penumpang juga berkurang. Tapi bagi sejumlah pengasong omzet tetap bertahan karena masih berharap dari pengguna jasa dengan memakai kendaraan pribadi, bus dan truk,” terang Apsah saat ditemui Cendana News, Selasa (10/11/2020).
Peluang usaha berjualan di pelabuhan Bakauheni, Lamsel ungkap Apsah, semula cukup menguntungkan. Namun dengan kondisi pandemi Covid-19 ia hanya mampu bertahan untuk menghidupi keluarga.
Kerap menjual sebanyak puluhan gelas kopi, dalam sehari kini ia hanya bisa menjual kurang dari belasan gelas. Per gelas kopi seduh dijual olehnya seharga mulai Rp5.000 dan berbagai makanan ringan mulai harga Rp10.000.