‘Banjir Darah’ Terangi Generasi Muda di Tengah Kegelapan Sejarah
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Penulis buku ‘Banjir Darah’ Anab Afifi, merasa khawatir melihat generasi muda Indonesia yang berjalan di tengah kegelapan sejarah tanpa penerangan yang hakiki untuk mengetahui sejarah kelam bangsa tentang pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI).
“Dalam 30 tahun kita telah melahirkan generasi yang berjalan di tengah kegelapan sejarah. Sudah jalan di tengah kegelapan, tidak ada penerangan dan tongkat pun hilang,” ujar Anab dalam diskusi webinar bedah buku ‘Banjir Darah’ di Jakarta, belum lama ini.
Kekhawatiran inilah yang mendorong Anab Afifi bersama Thowaf Zuharon menulis buku ‘Banjir Darah’ dengan terlebih dahulu melakukan penelitian ke seluruh wilayah Indonesia dan mewawancarai para korban serta saksi hidup atas kekejaman dan kebiadaban PKI.
“Jadi inilah alasan penting mengapa buku ini ditulis. Membahas PKI, kami mengambil satu angel yang mudah untuk mengidentifikasi dan mendefinisikan apa komunisme dengan sudut pandang bahwa PKI itu kejam dan bengis,” ujar Anab Afifi.
Dia mengatakan, situasi yang dihadapi rakyat Indonesia sekarang ini, yakni sesuatu yang sangat mengkhawatirkan. “Karena kita kehilangan satu generasi dalam kurun waktu 30 tahun ini. Jadi kalau generasi milenial itu lahir tahun 1990 misalnya. Maka ketika umur 10 tahun itu baru kelas 4 SD, dan pada tahun 2000 ke tahun berikutnya, mereka tidak tahu sejarah bangsa,” imbuhnya.
Karena dalam perkembangannya, konsistensi pelajaran sejarah perjuangan bangsa itu hilang. “Mungkin maksudnya baik, tetapi ternyata atas nama koreksi atau ketidaksukaan terhadap Orde Baru (Orba), maka hal-hal yang baik pun kemudian juga dihilangkan. Itu yang terjadi,” tukasnya.