Selendang Ningratri
CERPEN TANTRINI ANDANG
“Sebenarnya apa hubungan kakek buyut dan Ningratri ini, Om? Sepertinya mereka punya kedekatan khusus,” tanyaku penasaran. Om Seno tertawa lagi.
“Benar sekali dugaanmu. Ningratri adalah kekasih kakek buyutmu. Sayang kisah cinta mereka tidak seindah yang mereka inginkan.” Wajah Om Seno kini terlihat serius.
“Maksudnya gimana Om?” Aku makin penasaran.
“Terlalu banyak lelaki yang memuja penari ayu itu. Salah satunya adalah seorang bangsawan kaya raya yang telah banyak memberi bantuan pada ayah Ningratri. Kakek buyutmu hanya seniman miskin. Beliau tak ada apa-apanya dibanding bangsawan kaya itu.”
“Kenapa Ningratri bersedia?” tanyaku ikut merasa geram. Aku membayangkan betapa patah hatinya kakek buyutku ditinggal kekasihnya menikah dengan lelaki lain.
“Keadaan yang membuatnya begitu. Meskipun cinta Ningratri hanya untuk kakek buyutmu, namun ayah Ningratri tak mampu melunasi utang-utangnya pada lelaki bangsawan itu. Kamu bisa bayangkan bagaimana perasaan seorang anak jika ayahnya diancam akan dibunuh kalau tidak melunasi utang-utangnya? Ningratri tidak punya pilihan selain menerima pinangan lelaki bangsawan itu.”
“Itukah yang membuat kakek buyut memutuskan untuk tidak menikah selamanya?” tanyaku. Om Seno mengangguk.
“Namun jangan salah. Meskipun tidak bisa meminang Ningratri, konon kakek buyutmu diam-diam sering mengadakan pertemuan dengan kekasih hatinya itu lewat lukisan ini,” ujar Om Seno lagi. Aku mengerutkan keningku.
“Maksud Om gimana?” Aku semakin penasaran. Om Seno menghela napas sebentar sebelum melanjutkan lagi ceritanya.
“Kakek buyutmu menjalani puasa yang sangat berat selama melukis lukisan ini. Lukisan ini dipoles berulang-ulang setiap hari sampai hampir enam bulan lamanya. Orang bilang kakek buyutmu itu membuat semacam pintu bagi jiwa Ningratri untuk hadir melalui lukisan ini. Namun tak ada yang tahu di bagian mana pintu itu dibuat. Yang jelas kakek buyutmu dan kekasihnya itu bisa saling bertemu setiap saat melalui lukisan ini. Itulah sebabnya lukisan ini terlihat sangat hidup.”