Warga Sikka Mulai Keluhkan Penerapan KBM di Rumah
Editor: Koko Triarko
MAUMERE – Sejumlah orang tua siswa di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, mulai mengeluhkan penerapan kegiatan belajar mengajar di rumah selama pandemi Covid-19. Hal demikian karena dianggap membuat siswa makin bodoh, dan tidak disiplin serta merasa tidak lagi bersekolah.
“Terlalu lama berada di rumah, membuat anak sekolah makin bodoh dan tidak disiplin. Apalagi, proses belajarnya hanya sebentar dan berkelompok di rumah warga atau fasilitas umum,” kata Yosef Nong Soni, anggota DPRD Sikka, Kamis (20/8/2020).
Soni menyebutkan, murid juga perlu berada di dalam suatu lingkungan yang diatur dengan standar disiplin, tetapi kalau di luar sekolah mereka lama-lama merasa tidak bersekolah lagi dan menjadi tidak disiplin.
Ia menambahkan, para guru juga kalau berkunjung dari rumah ke rumah tentu tidak mungkin karena harus mengeluarkan biaya tranportasi. Selain itu, orang tua juga tidak mungkin semua mengontrol anaknya belajar, karena memiliki kesibukan.
“Pendidikan sangat penting, sehingga penempatan seorang kepala dinas apalagi dinas besar seperti PKO, butuh figur yang kreatif dan inovatif serta berpengalaman mengelola sebuah instansi yang besar dan sudah teruji,” tegasnya.
Soni menambahkan, dari sisi ekonomi, masyarakat saat ini sedang kesulitan sehingga tidak bisa dibebani lagi dengan membeli telepon genggam andorid, termasuk pulsa data untuk pembelajaran online.
Orang tua di Sikka juga banyak yang gagap tekonologi, sehingga tidak bisa mengontrol penggunaan telepon genggam dan pemakaian pulsa data oleh anak-anak mereka, terutama di desa-desa.
“Uang Bantuan Langsung Tunai (BLT) banyak yang dipergunakan untuk membeli telepon genggam dan pulsa data untuk keperluan anaknya yang sedang bersekolah dari rumah,” ungkapnya.