Omzet Pedagang Kue Keliling Turun Akibat Sekolah Libur

Editor: Koko Triarko

Dampak pandemi juga dialami oleh Lestari, pedagang kuliner yang berkeliling setiap pagi. Wanita asal Desa Kelaten, Kecamatan Penengahan itu mengaku memiliki langganan tetap sejumlah sekolah. Para guru memesan kue tradisional, di antaranya pisang goreng, sengkulun, bakwan, otak-otak, pempek ikan, lontong sayur, arem-arem.

“Dampaknya sangat terasa, karena saya kini tidak berjualan sejak tiga bulan terakhir, hanya menerima pesanan online,” tegasnya.

Pesanan kue secara online tetap dilayani oleh Lestari bagi sejumlah warga. Ia kerap mengunggah di snap WhatsApp miliknya untuk menawarkan kue jenis arem-arem, sengkulun, pisang goreng dan kue jenis lainnya. Menjual kue dengan harga mulai Rp1.000, tetap ditekuninya meski kini tidak sebanyak saat berjualan keliling. Sekolah yang belum normal beroperasi, membuat ia mengurangi pembuatan kue tradisional.

Penurunan hasil usaha berjualan kue tradisional, menurutnya signifikan. Dalam sehari, ia kerap bisa membawa belasan jenis kue tradisional dengan omzet lebih dari Rp600ribu. Kini, pesanan dengan nilai Rp350ribu sudah cukup menguntungkan baginya. Ia mengaku tetap melakukan promosi melalui media sosial, agar tetap eksis sebagai pedagang kue.

“Eksistensi pedagang kue keliling tentunya harus selalu rutin menjajakan dagangan, kalau tiba-tiba berhenti akan dicari pelanggan,” bebernya.

Meski tetap keliling, Lestari hanya membawakan sejumlah kue yang dipesan pelanggan. Kegiatan arisan, yasinan, hajatan yang belum boleh dilakukan menghindari kerumunan, sekaligus ikut mengurangi pesanan kue yang dibuat olehnya.

Pedagang kue tradisional lainnya, Maryanti, sedikit lebih beruntung. Pasalnya, ia melakukan usaha penjualan kue tradisional sembari menjajakan sayuran. Berbagai jenis sayuran segar kebutuhan warga dijual bersama sejumlah kue tradisional. Kebutuhan warga akan sayuran segar, bumbu, hingga berbagai lauk membuat ia tetap berjualan keliling.

Lihat juga...