Orde Lama, Orde Baru, Reformasi

OLEH NOOR JOHAN NUH

Untuk mempersiapkan perang, Indonesia membeli dengan cara utang pada Rusia alat utama sistem persenjataan (alutsista) secara besar-besaran, hingga Indonesia pada waktu itu memiliki persenjataan yang terkuat di dunia bagian selatan khatulistiwa.

Pada waktu Presiden Soekarno memilih panglima untuk perang dengan Belanda, dipilih pemimpin palagan Serangan Umum 1 Maret Letnan Kolonel Soeharto, yang sudah dikenalnya sejak pemerintahan mengungsi ke Yogyakarta.  Soeharto pada Maret 1962 sudah menyandang pangkat Mayor Jenderal ditunjuk sebagai Panglima Mandala Pembesan Irian Barat.

Meskipun kita sudah mempersiapkan alutsista secara besar-besaran untuk perang dengan Belanda—merebut Irian Barat, pada akhirnya masalah Irian Barat diselesaikan dengan jalan perundingan di PBB. Selesai urusan Irian Barat, malah kembali mempersiapkan perang dengan Malaysia yang disebut sebagai negara boneka bikinan Inggris.

Tujuh Kali Usaha Membunuh Presiden

Selama pemerintahannya,  Presiden Soekarno mengalami percobaan pembunuhan sebanyak tujuh kali. Hal ini sebagai gambaran betapa sangat tidak kondusif keamanan pada waktu itu.

Usaha pembunuhan pertama, penggeranatan di Perguruan Cikini. Pada 30 November 1957, dalam rangka ulang tahun ke 15 Perguruan Cikini, Presiden Soekarno hadir sebagai wali murid Megawati. Tiba-tiba beberapa granat meledak di tengah penyambutan presiden, tiga orang tewas termasuk pengawal namun Presiden Soekarno selamat.

Kedua, siang bolong 9 Maret 1960, istana dihentakkan oleh ledakan yang berasal dari tembakan canon 23 mm pesawat Mig-17 yang dipiloti Daniel Maukar. Tembakan itu menghantam pilar dan jatuh tak jauh dari meja kerja Presiden Soekarno. Untung Presiden sedang tidak ada di meja kerjanya.

Lihat juga...