Stigmatisasi HTI Bisa Menyebabkan Disintegrasi Bangsa
OLEH ABDUL ROHMAN
FPI yang tradisi peribadatannya sama dengan NU, juga dituding HTI. Bahkan terakhir, Ustaz Fadlan Garamatan, seorang OAP (Orang Asli Papua), yang selama ini menyemai nasionalisme kepada para anak-anak generasi penerus Papua melalui pesantren dan aktivitas dakwah yang dilakukannya, dituding HTI.
Sikap membabi buta ini akan merugikan kita semua. Orang-orang Betawi yang ubudiyah dan tradisi keagamanya sama dengan NU, ditendang keluar dari rumah kebangsaan dengan dituding sebagai HTI, hanya karena organisasinya FPI.
Ustaz Fadlan Garamatan yang asli OAP dan memiliki reputasi pembela nasionalisme juga ditendang keluar dari rumah besar kebangsaan gara-gara mungkin statemen-statemennya dulu tidak mendukung Rezim. Padahal saat seperti ini, tumbuh gejolak di Papua, keberadaan ustaz Garamatan sangat berharga bagi keutuhan bangsa ini.
Isu HTI harus dikelola secara hati-hati. Harus proporsional penerapannya. Harus tepat sasaran kepada penggerak khilafah model HTI. Jangan karena bukan Banser, kemudian dituding HTI. Jangan hanya karena bukan pendukung Jokowi kemudian dituding HTI.
Sungguh aneh, selama ini NU merangkul semuanya. Bahkan eks preman pun dirangkul untuk secara pelan-pelan diajak ke jalan yang benar. Artis-artis semi porno pun diundang ke pesantren untuk pentas dan kemudian pelan-pelan dibina agamanya. Selama ini seperti itu tradisi para kiai NU membina ummat. Jangan atas nama NU kemudian tidak mencerminkan keluasan kearifan NU.
Menggunakan isu HTI harus harti-hati dan tepat sasaran. Jangan sampai digunakan untuk menikam ummat dan bangsa sendiri. Maksud hati menjaga NKRI, tapi tanpa disadari menumbuhkan disintegrasi. Hanya oleh stigma HTI. ***