Cegah Kekerasan dengan Membangun Harga Diri Anak
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
JAKARTA – Kekerasan pada seorang anak, dapat mengenai sistem mental maupun kondisi fisik anak tersebut.
Tapi sisi mana pun yang terkena, sudah pasti hal tersebut akan mempengaruhi kondisi kesehatan anak pada masa kini juga pada masa mendatang.
Secara umum, kekerasan mampu mempengaruhi anak pada perkembangan otak, ketidakseimbangan antara kemampuan sosial, emosional dan kognitif, gangguan berbahasa yang spesifik, kesulitan dalam penglihatan, bicara dan pendengaran.
Serta, peningkatan risiko terkena penyakit kronis maupun kecenderungan memiliki kebiasaan negatif seperti merokok, alkoholisme dan penyalahgunaan obat-obatan.
Komisioner Penanggung Jawab Bidang Kesehatan dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza) Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) DR. (Cand) Sitti Hikmawatty, S.St, M.Pd menyampaikan bahwa apa pun perilaku anak yang negatif, merupakan cabang dari akar permasalahan yang sebenarnya, yaitu kemiskinan dan relasi kuasa.
Kesimpulan ini didapatkan setelah melakukan penelitian pada berbagai kasus yang dilaporkan ke KPAI dan survei yang dilakukan di 15 LPKA pada tahun 2017.
“Baik itu kecanduan miras, perkawinan dini, pornografi dan seterusnya semuanya itu berawal dari kekerasan yang akar masalahnya adalah kemiskinan dan relasi kuasa. Yang memberi pengaruh pada anak yang memiliki kerentanan dan bukan sebagai pihak yang dominan,” kata Sitti saat ditemui di Kantor KPAI Jakarta, Kamis (27/6/2019).
Dijelaskan oleh Sitti, relasi kuasa ini biasanya pertama kali muncul dalam lingkungan keluarga. Lalu saat anak mulai bermain, maka potensi relasi kuasa akan dapat terjadi dalam komunitas permainan maupun sekolah.