Tradisi Ziarah Kubur, Refleksi Kematian

BANDARLAMPUNG  – Sehari menjelang datangnya bulan Ramadan 1440 Hijriah, warga Bandarlampung melakukan tradisi ziarah kubur ke makam kerabat, hingga menjalankan munggahan.

Kedua tradisi tersebut dilakukan untuk membersihkan hati dan mendoakan orang terdekat yang telah meninggal dunia dan mengajarkan sebagai manusia harus mengingat akan kematian dan selalu berbagi satu sama lain dalam kondisi apa pun.

“Saya selalu berziarah ke makam orang tua setahun dua kali, menyambut bulan puasa dan pada lebaran,” kata Dani Husein,  salah seorang warga Bandarlampung, Minggu.

Ia mengatakan bahwa mengunjungi makam orang tua selalu disempatkan oleh keluarganya dan sudah dilakukan sejak kedua orang tua dan kerabatnya meninggal dunia.

“Ya tidak diharuskan juga berziarah ke tempat kubur, tapi bila kita sempat kenapa tidak berziarah,” katanya.

Selain tradisi ziarah kubur yang dilakukan masyarakat Bandarlampung pada umumnya dalam menyambut bulan suci ramadan. Ada juga satu tradisi yang selalu di jalankan setiap tahunnya yakni tradisi munggahan.

“Untuk maknanya sendiri munggahan banyak artinya, tapi kegiatan ini selalu dijalankan secara turun temurun di sini,” kata Jijik salah satu warga Sumur Batu Kecamatan, Teluk Betung Utara, Kota Bandarlampung.

Ia mengatakan bahwa munggahan di tempatnya diartikan berkirim doa bagi sesama umat muslim agar dapat kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa, serta mendoakan kerabat yang sudah meninggal secara bersama-sama warga sekitar dari dalam tempat ibadah yang dipimpin oleh ustaz.

Selain itu, lanjutnya dalam tradisi munggahan juga ada namanya tukar besek atau makanan antara warga sekitar yang dibagikan oleh panitia.

Lihat juga...